ALANA memasuki gerbang sekolah SMA Cakrawala. Hari ini dia datang jauh lebih pagi dari sebelumnya. Pagi ini suasana sekolah tampak berbeda dari biasanya. Kalau biasanya di pagi hari suasana ramai dengan murid-murid yang berdatangan dan berlalu lalang, kali ini beda. Sepi tanpa ada seorang pun di sana. Bahkan pak satpam pun juga yang biasanya mangkal di pos sambil joget-joget mendengarkan radio, pagi ini juga tidak terlihat batang hidungnya.
Langkah kaki Alana sempat terhenti. Cewek cantik berambut panjang ikal itu tampak kebingungan dengan yang terjadi di sekolahnya hari itu. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat mencoba mencari-cari sesuatu yang kemungkinan bisa dia jadikan petunjuk kenapa suasana sekolah sangat sepi seperti kuburan. Dan ini benar-benar tidak biasa. Alana juga sempat mengingat-ingat kalau hari itu juga bukan hari Minggu, tapi kenapa sekolahnya sepi seperti ini? Tadi juga parkiran penuh, tapi kenapa sekolah sepi?
Karena merasa tidak mendapat jawaban apa-apa dari semua pertanyaannya, cewek itu melanjutkan melangkahkan kakinya perlahan sambil mengamati lingkungan sekolahnya. Dia sempat melewati beberapa ruangan kelas dan semuanya kosong. Penasaran, dia mengecek arloji berbentuk kepala Mickey Mouse yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sama sekali tidak ada masalah. Jam juga menunjukkan hampir dimulainya pelajaran pertama di sekolahnya. Lagi-lagi Alana kebingungan untuk ke sekian kalinya.
Setelah berjalan dan menaiki anak tangga menuju ke lantai dua, dia sampai di kelasnya. Seperti dugaannya juga, kelasnya juga kosong. Untuk beberapa menit Alana hanya berdiri di ambang pintu kelasnya yang kosong, lalu sebuah pemikiran terlintas di kepalanya. Dia menjadi panik dan langsung berlari menuruni anak tangga sekolah dengan tergesa-gesa. Namun langkah seribunya terhenti mendadak melihat sesuatu yang membuatnya kaget dan hampir saja dibuat pingsan.
Suasana sekolah yang tadi dia lihat sepi mendadak berubah ramai seperti biasanya. Alana benar-benar bingung, apa tadi dia mimpi? Jelas-jelas tadi sangat sepi tidajj ada siapa-siapa, tapi sekarang sudah kembali seperti semula.
Beberapa murid berlalu-lalang seperti biasanya. Lalu ke mana mereka semua tadi? Meskipun masih bingung dan berpikir dia mungkin tersesat di masa depan atau semacamnya, Alana merasa sedikit lega. Ternyata semuanya tidak seperti yang dia duga. Suasana sekolahnya masih baik-baik saja.
Lalu datang seorang murid cewek menghampiri Alana dengan memberikan setangkai bunga mawar merah.
“Al, ini ada bunga buat lo,” kata murid itu.
Alana kaget dan bingung. ”Hah? Buat gue? Dari siapa?”
Murid itu bukannya menjawab malah senyum-senyum saja. Dia menertawakan Alana atau apa, entahlah. ”Udah, terima aja."
Alana menerima bunga itu. Masih bingung. ”I-iya, makasih ya?”
Ketika murid itu pergi, datang lagi seorang cewek dan memberi dia bunga mawar. ”Al, bunga buat lo.”
Datang lagi seorang cowok bawa bunga. ”Al, bunga buat lo."
Lalu datang lagi dan datang lagi murid lain yang memberikan dia bunga secara bergantian. Alana sudah hampir tidak bisa memegang bunga saking banyaknya. Puluhan bunga mawar merah kini ada di dalam pelukannya. Bahkan ada beberapa yang jatuh dan cewek itu sampai kerepotan untuk memunguti bunga-bunganya yang jatuh.
Sudah banyak yang berjatuhan masih saja ada yang datang memberikan bunga untuk Alana. Dia tetap menerimanya sambil mengatakan ‘makasih-makasih’ saja karena tiap kali bertanya bunganya dari siapa juga tidak akan dijawab seperti yang sudah-sudah.
Meskipun kerepotan tapi Alana lumayan senang juga dapat bunga sebanyak itu. Dia kerepotan membawa bunga-bunganya. "Aduh … kerjaan siapa sih, nih?"
Alana sampai di lapangan basket dan melihat keramaian di sana. Tiba-tiba sebuah spanduk besar terjuntai dari atas gedung sekolah. Sebuah spanduk yang bertuliskan ‘HAPPY 1ST ANNIVERSARY ALANA & MARVIN’. Cewek itu membelalak kaget dengan apa yang tertulis di spanduk raksasa itu.
“Gimana, Al kejutannya?” terdengar suara seseorang dari belakang.