PEREMPUAN DALAM KANCAH DIPLOMASI
Berapa banyak representasi perempuan dalam politik luar negeri dan bagaimana manifestasi dari representasi ini dijalankan oleh para perempuan? Para feminis liberal dalam kajian Hubungan Internasional memandang representasi perempuan dalam politik luar negeri semata-mata sebagai kepala negara, kepala pemerintahan, kepala departemen, atau fungsi ofisial pemerintahan lainnya. Interpretasi ini tentu sangat tidak menguntungkan perempuan, sekalipun dewasa ini semakin banyak negara di dunia yang memiliki presiden, perdana menteri, menteri, atau diplomat perempuan, secara kuantitas jumlahnya relatif rendah dibandingkan jumlah laki-laki pada jabatan yang sama. Interpretasi ini juga tidak menguntungkan perempuan karena mengabaikan kontribusi perempuan dalam bidang-bidang yang bersifat under-represented, tetapi sesungguhnya mendukung keberhasilan diplomasi luar negeri yang dijalankan sebuah negara.
Perempuan sesungguhnya memiliki keterlibatan aktif dalam politik luar negeri negaranya. Berbagai interpretasi yang lebih baru mengenai keterlibatan perempuan dalam politik luar negeri terus dilakukan guna mengoreksi pandangan sebelumnya yang dianggap seksis, sekalipun dibingkai dalam pendekatan feminisme. Pada 1989 misalnya, kajian Hubungan Internasional digemparkan dengan publikasi buku berjudul Bananas, Beaches, and Bases: Making Feminist Sense of International Relations oleh Cynthia Enloe yang menginvestigasi bentuk-bentuk keterlibatan perempuan dalam spektrum hubungan internasional. Menurut Enloe, dengan berbagai peran yang dijalankannya, perempuan adalah agen dari politik internasional yang secara aktif memengaruhi jalannya dunia.