Senja masih bercerita tentang aku dan dia, dan cinta terlarang yang saat kini kujalani dengannya,
Belum pernah aku senyaman ini dengan pemuda seperti dia, mobil yellow jaz terhenti di warung bakso depan Adijaya. Aku sangat suka makan di situ karena bakso dan tetelan daging kerbau atau kambing yang serasa sedap untuk di santap, beserta lengkap dengan horog-horog makanan tradisional khas Jepara. Kali ini langit tak begitu mendukung serasa ingin turun hujan. Namun tak apalah di saat hujan, menjadi lama aku bisa berdua dengannya bercerita semua banyak hal.
"Kamu yakin bisa makan di warung? entar perutmu sakit Restu? "
"Iya nggak pa-pa, kalau entar sakit juga pasti langsung sembuh, kan ada kamu. " Paparnya yang masih susah mengigit tetelan daging dengan giginya.
"Aku khawatir saja, kamu kan nggak bisa makan di pinggir jalan, katanya kamu kalau makan di pinggir jalan bisa diare. "
"Sudahlah ayo makan! "
Di santapnya dengan lahapnya, bakso yang sengaja di bumbuhi lengkap seledri dan bawang goreng tersaji rapi di mangkok, lengkap dengan Mat ball, dan tetelan daging kambing. Serta Minumnya es jeruk.
"Kamu bawa baju ganti kan? " Tanya nya serius.
"Lupa aku, tadi berangkat kerja kesiangan. "
"Ya sudah... Jangan panik, nanti mampir ke Mall Ramayana."
"Terus abis ke Mall Ramayana ke mana? "
Restu tersenyum melihatkan kode outentiknya.
"Seperti kemaren. "
"Chek in. " Imbuhnya.
"Pulang malam lagi dong kita? "
Melirik jam tanganya.
"Baru set lima sore, ayo lah. "