Tujuan utama dari seorang Delvi mengajar di pesantren sudah dia beberkan sendiri di hadapan guru yang lainnya: saya masih belajar juga, ingin memperbaiki akhlak dan mencari seseorang untuk menyelamatkan saya dari suatu hal yang susah keluar dari dunianya.
Banyak yang bertanya, hal yang susah dari dalam diri Delvi itu apa? Delvi tak ingin menjawabnya, ia gantikan menjadi senyuman sebagai penutup bahwa ini merupakan rahasia dirinya.
Saat pulang dari pesantren, Delvi baru tahu jika dia bersebelahan rumah dengan Uztaz Tamrin, dirinya merasa senang karena dapat bertamu setiap hari di sana dengan modus bercipika-cipiki dengan pria tersebut serta membawakannya makanan.
Sebisa mungkin, Delvi harus memikat hati Uztaz Tamrin agar dapat memilikinya. Gosip yang beredar mengenai Uztaz tersebut kian waktu membuatnya semakin penasaran akan sosok pribadi dari seorang Tamrin, apakah pria itu dapat menjadi imamnya dan mengeluarkannya dari dunia itu? Untuk memiliki Uztaz Tamrin, Delvi akan mencobanya secara perlahan dan tidak terang-terangan memunculkan rasa ketertarikannya di hadapan dia.
Setelah memasak ikan dengan kuah kuning, dirinya pun meletakkan makanan itu dalam mangkok dan ditutupi piring plastik di atasnya kemudian bersiap menuju rumah Uztaz Tamrin untuk membawakannya.
"Assalamualaikum," salam Delvi, tak mengetuk pintu rumah Uztaz Tamrin dikarenakan tangannya yang memegang mangkok dan berhati-hati agar tidak terjatuh.
"Waalaikumussalam," balas Uztaz Tamrin dari dalam rumah, masih belum membuka karena mencari bajunya setelah mandi.
Muncullah wajah segar Uztaz Tamrin ketika pintu telah dibuka membuat Delvi yang biasa saja menjadi terpesona kepadanya.
"Silakan masuk Bu Delvi," ucap Tamrin membuyarkan lamunan Delvi.
Delvi masuk dengan rasa salah tingkah sedikit dan berhati-hati duduk di kursi lalu meletakkan makanan tersebut.
"Maaf Uztaz jika saya mengganggu. Ini ada sedikit makanan yang lebih dari masakan saya tadi, daripada mubazir, saya bawa ke sini saja. Tidak apa-apa, kan?"
"Saya malah berterima kasih banyak, Bu. Lumayan itu dapat makanan, sekali lagi terima kasih," jawab Uztaz Tamrin.
"Bapak sendirian di sini?"
"Iyah, Bu."