Kesimpulan dari penawaran pimpinan pondok beserta Ustazah Hamzah, tak diterima oleh Delvi dengan alasan: dia belum berminat untuk menjadi guru nasyid, penolakan itu dimaklumi oleh Ustazah Hamzah, karena dirinya pun tidak dapat memaksa Delvi untuk mengajar di bagian tersebut.
"Usztaz, ustazah, dan santri lainnya, saya pamit terlebih dahulu, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Jarak pesantren ke rumah Delvi sedikit jauh, yaitu 500 meter, membuat Ustaz Tamrin ada niatan untuk menemaninya pulang, karena di sekitaran pesantren merupakan perkampungan yang begitu sepi ketika malam, Tamrin pun ikut berpamitan kepada mereka dan tidak tanggung menyampaikan alasannya, "Saya pamit untuk menyusul Delvi, kebetulan rumah kami bersebelahan dan jaraknya dari pesantren yang sedikit jauh membuat saya khawatir jika ada seseorang yang akan berbuat tidak-tidak dengan Ustazah Delvi. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, apa yang Ustaz katakan memang betul, tidak baik seorang wanita pulang sendirian di tengah sepinya perkampungan ini," balas Hamzah yang juga sama khawatirnya dengan Tamrin.
"Itulah yang saya pikirkan, Ustazah."
Hamzah mengangguk, memerhatikan punggung Tamrin yang perlahan menghilang seiring berjalannya. Di sisi lain, ada Hendra yang berdecak dalam batinnya, jika dirinya telat bergerak untuk mendampingi Delvi pulang.
"Mereka tampak cocok," sahut Harun tiba-tiba dan Hamzah mengangguk akan hal itu, membuat Hendra tidak tahan untuk tidak tinggal diam.
"Maaf, saya hanya ingin memberitahu bahwa, bukannya tidak baik pula jika Ustaz Tamrin dan Ustazah Delvi berduaan saja? Bisa saja menimbulkan fitnah jika salah satu warga melihat mereka, maka dari ini, saya akan menyusul mereka untuk mengawasi," ujar Hendra. Harun saling menatap dengan istrinya, kemudian mengangguk.
"Benar juga, saya sampai lupa. Cepatlah Ustaz Hendra, awasi mereka hingga sampai di rumah, karena kita tidak tahu, apa yang terjadi jika mereka jalan berduaan," balas Harun.
"Baik, Pak. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Seperginya Hendra, Harun menatap para santri-santri dan membubarkan pelajaran nasyid malam ini dengan menyuruh mereka untuk kembali ke pondok.
Malam semakin larut, Hamzah dan Harun berkeliling di pesantren dengan tujuan mengawasi keadaan karena biasanya ada santri yang masih berkeliaran. Di sela pengawasan, mereka pun berbincang pula mengenai tiga orang yang membuat Hamzah curiga.
"Kenapa Umi bisa berpikiran seperti itu?"
"Umi hanya curiga jika Ustaz Hendra menyukai Ustazah Delvi, setiap kali Ustaz Tamrin berbicara dengan Delvi, Umi kerap melihat pandangan Ustaz Hendra yang sedikit tidak suka ke mereka," jawab Hamzah.
"Kita hanya dapat curiga, jangan sampai kecurigaan ini, Umi beberkan ke orang lain, masalah ketertarikan Ustaz Hendra yang benar atau tidaknya, jadikanlah itu privasinya," balas Harun dan Hamzah tersenyum mendengar perkataan suaminya.
"Tentu Abi, Umi tidak mungkin memberitahukan orang-orang tentang hal ini, hanya kita dan Allah saja yang tahu, untuk benar atau tidaknya, akan ada waktu yang menjawab kelak di kemudian hari."