Gadis Jelmaan Parakang

Muhammad Taufiq
Chapter #8

Chapter 8

"Bu, tunggu sebentar yah, saya ambil motor dulu," pamit Tamrin dan ibu itu mengangguk lalu mencari tempat untuk berteduh: di bawah pohon. 

Tamrin kembali ke pesantren, masuk ke ruang guru dan meminta kunci motor Hendra, Hendra sendiri bertanya kemudian, "Ustaz, parakang itu di mana?"

"Dia menunggu saya di luar, Ustaz Hendra, saya bisa meminjam motornya? Saya ingin mengantarnya pulang, sekalian mengetahui di mana dia tinggal," jawab Tamrin, membuat semuanya merinding, mereka pun bertanya, kenapa Ustaz tidak takut? Tamrin tersenyum sembari menjawab bahwa dirinya pun takut sebenarnya, asal jangan sampai ketakutan.

"Terima kasih."

"Sama-sama Ustaz."

Sebelum Tamrin pergi, Delvi menyahut, "Ustaz Tamrin, hati-hati yah." Tampak jelas kekhawatiran dari wajah Delvi membuat Tamrin tertegun sejenak lalu mengangguk dengan ucapan, "Tentu. Kalau begitu, saya pergi dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Hamzah yang melihat itu tersenyum sendiri, dicoleknya Delvi beserta mata yang dikedipkan sebelah. "Aduh, romantisnya Ustazah Delvi dengan Ustaz Tamrin. Seperi istri yang memberitahu suaminya." Ucapan Hamzah memancing guru lain untuk menyahut. Namun sahutan mereka berupa godaan juga siulan dari guru laki-laki lainnya, kecuali Hendra yang nampak panas tapi tersirat.

Di luar, Tamrin kembali di tempat semula, mencari keberadaan si ibu tua yang menunggunya.

"Kenapa tidak ada? Tadi di sini," gumamnya, masih menyusuri di sekitaran agar menemukan penjual jamu itu.

Tak lama kemudian, Tamrin menemukan ibu hamil yang sedang berteduh di bawah pohon bersama seekor kucing yang ... agak aneh, di mana ekornya pendek dan kakinya tiga, Tamrin lantas terkejut, dengan cepat dirinya menghampiri ibu hamil itu dan meneriakinya, "Bu, jangan pegang!"

"Astagfirullah, saya kaget Pak Ustaz, memangnya kenapa? Kasihan kucing ini sendirian di sini bersama bakul yang berisi jamu, mungkin tuannya tidak ada," balas ibu hamil itu.

Tamrin menggeleng, dia menatap kucing tersebut lalu menendangnya sekali hingga terpental jauh, membuat ibu hamil tersebut sekali lagi kaget.

"Pak Ustaz, kenapa ditendang?"

Tamrin tak menjawab, dirinya menarik ibu hamil itu ke ruang guru, tentu membujuknya terlebih dahulu dengan pemberitahuan yang kecil agar dia tidak ketakutan.

"Ibu sudah tahu kan berita mengenai parakang di desa ini?"

Ibu tersebut mengangguk. "Iyah, Ustaz. Saya takut akhir-akhir ini dan memilih untuk keluar karena di rumah saya sendiri, suami saya sedang bekerja dan pulangnya malam," jawabnya.

"Bu, kucing yang Ibu pegang tadi, adalah parakang."

Lihat selengkapnya