Gadis Jelmaan Parakang

Muhammad Taufiq
Chapter #9

Chapter 9

Tamrin telah tiba, menatap para guru yang memandangnya dengan wajah penasaran mengenai ibu hamil yang telah dia antar.

"Alhamdulillah, Bayi Ibu Lasmini selamat, dan saya juga memberinya air mineral yang telah dirukiyah tadi. Mohon yang lainnya, minum air itu juga, kita tidak tahu seberapa tinggi ilmu parakang itu," ujar Tamrin.

"Terima kasih, Ustaz. Pantas tadi kayak aneh gitu gak mau minum jamunya, tau-taunya pas minum, ternyata tidak diteguk yah," balas Hamzah.

"Iyah, Ustazah. Saya sudah tahu dari auranya, dan parakang itu juga sudah saya bereskan tadi."

Kampung munawarah, warganya mulai panik dan khawatir akan kehadiran parakang tersebut, Tamrin pun tak dapat memutuskan bahwa kondisi sekarang ini benar-benar aman dari makhluk itu. Karena, nanti dikiranya sudah tidak ada, malah masih banyak yang bersembunyi.

Untungnya, satu dari mereka (kemungkinan) telah diurus olehnya, jika ibu hamil itu tidak ada, dia pun akan kesulitan untuk melukainya.

"Saya akan memberitahu kembali, mengenai ciri-ciri makhluk mengerikan itu, mohon selalu diingat dan juga disebarluaskan, agar kita terhindar darinya. Secara kasat mata dia adalah orang normal. Kadang di waktu-waktu tertentu "insting"nya muncul, lalu berubah menjadi kucing atau pun anjing. Namun, kalian harus mengingat bahwa untuk mengenali makhluk tersebut adalah: perubahan yang terjadi, tentu berbeda dari hewan biasanya, yaitu ... ekor pendek, kaki belakangnya ada tiga dan pandangan yang selalu menunduk. Tetapi, ada satu hal lagi, bila bergerak di malam hari, ruhnya akan terbang sejauh 7 lembah dan 7 gunung."

"Aduh, kok saya jadi semakin takut yah?" Delvi menyahut dengan pertanyaan, diiringi rindingan pada getar nada bicaranya.

"Ustazah Delvi gak perlu khawatir, kan ada Ustaz Tamrin yang bakalan jagain setiap malam," goda Ustazah Hamzah. Namun, Delvi tak membalasnya karena dia benar-benar takut sekarang.

"Ustazah Delvi tidak perlu khawatir, kami para warga yang ada di kampung munawarah, tentunya selalu berjaga di setiap malam dan tentunya berkeliling kampung," ujar Hendra dan Tamrin membenarkan hal itu.

"Kalau memang Ustazah Delvi takut, Ustazah bisa menginap di rumah saya," sahut Hamzah.

"Beneran, Ustazah?"

Hamzah mengangguk.

"Terima kasih, nanti malam saya akan menginap, maaf Ustazah, saya merepotkan," ucapnya, benar-benar tidak enak hati.

Malam pun tiba, seperti malam kemarin para warga kembali meronda di setiap rumah, memeriksanya apakah ada perilaku warga yang aneh atau tidak, setelah memastikan mereka terus berpindah-pindah rumah hingga menemukan satu rumah yang sendirian dan agak jauh dari rumah lainnya tapi masih termasuk di kampung munawarah, di tempat itu, mereka mendengar teriakan seseorang yang begitu pilu. Mimik wajah Tamrin menjadi serius, dia mengambil secarik kertas yang ada di saku bajunya, memastikan bahwa ini adalah rumah penjual jamu tadi.

"Pak, dengarkan saya baik-baik dan jangan ada yang panik, paham?"

Semuanya mengangguk, tapi memasang wajah yang belum mengerti dengan maksud ucapan Tamrin.

"Rumah ini ditinggali sosok parakang, dan teriakan dalam sana, adalah sosoknya yang sedang meraung pilu setelah saya tendang tadi pagi ketika dia berwujud kucing jadi-jadian."

Lihat selengkapnya