Aktifitas warga munawarah kembali berjalan baik setelah makhluk yang meresahkan itu telah dikubur. Semalam, Harun memberitahu Hamzah dan juga Delvi bahwa kampung ini telah aman. Itu perkataan Harun, tapi untuk Tamrin dia terus waspada dan selalu memerhatikan di sekitarnya, siapa tahu makhluk tersebut masih ada, hanya saja ... mereka belum berani memunculkan diri.
Hari ini, pesantren sedang libur, di hari itu semua warga kampung memanfaatkan waktu ini untuk membersihkan halaman rumah mereka secara serempak.
"Assalamualaikum, Mas Tamrin."
"Waalaikumsalam." Tamrin tertegun sejenak, sudah berapa hari Delvi tak memanggilnya dengan sebutan itu, dia tampak berharap dan memang dia berharap, di telinganya, ia sangat merindukan panggilan itu. Tamrin kemudian beristigfar menyadarkan dirinya, menatap Delvi sembari tersenyum-senyum adalah hal yang tidak baik.
"Ini Mas saya bawakan nasi goreng untuk sarapan pagi, tadi, saya masaknya lebih. Daripada mubazir, mending saya kasih ke Mas Tamrin," ujar Delvi.
"Eh, terima kasih Bu Delvi. Oh iya, jangan pulang dulu, saya mau kembalikan tempat makanan yang Ibu Delvi berikan dulu," balas Tamrin. Pria itu mengajak Delvi masuk dalam rumahnya, tidak menyadari jika orang-orang memerhatikan mereka. Apa respon warga? Yah, mereka tersenyum, selalu berprisangka baik terhadap Ustaz Tamrin dan Ustazah Delvi, apalagi mengingat kebaikan ustaz tersebut yang berhasil membunuh parakang.
"Romantis banget yah mereka, semoga saja disatukan sama Yang Maha Kuasa."
"Iyah, Bu. Saya saja senyum-senyum lihatnya, padahal bukan saya yang mengalami."
"Hm, saya pun sama, Bu. Baper lihatnya."
Di rumah Tamrin.
"Terima kasih, Bu."
"Sama-sama, Mas."
Delvi tersenyum, menunduk kemudian pamit mengucapkan salam, "Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Seperginya Delvi, Tamrin pun tersenyum, menyadari pada dirinya yang semakin hari semakin aneh dan selalu memikirkan Delvi, apakah dia menyukai wanita tersebut? Tamrin belum bisa memastikan hal ini, karena ... dia takut jika perasaan dalam hatinya, hanya bersifat sementara, atau sekadar tertarik saja.
Tamrin mulai memakan nasi goreng yang diberikan oleh Delvi setelah dirinya masuk ke ruang makan dan membawa makanan tersebut ke ruang tamu, karena dia sedikit gerah dan suasana di ruangan sebelumnya memang panas.
Di lain tempat, ternyata Hendra datang dan bertamu di rumah Delvi baru saja, di mana Delvi ingin masuk ke rumahnya, tapi teriakan salam dari Hendra menahan langkahnya untuk masuk.
"Assalamualaikum, Bu Delvi."
"Waalaikumsalam, Pak Hendra," balas Delvi.
"Wah, halaman Ibu sudah bersih yah, saya pikir belum. Saya bisa bantu hehehe," ucap Hendra dan Delvi tertawa kecil.