Sekitar 30 menit, keluarlah Delvi dari kamar santriwati yang sedang terlihat lemas, dirinya pun tidak tahu, mengapa ia menjadi seperti ini, rasa-rasanya ... tubuhnya melayang entah kenapa dan tidak sadarkan diri.
"Ustazah, Ibu baik-baik saja, kan?" tanya Hamzah, memegang pundak wanita tersebut agar tidak terjatuh, karena wajahnya terlihat pucat dengan tubuh yang lemas pula.
"Badan saya lemas semua, Ustazah. Kok bisa yah? Padahal sebelum mengajar tadi, sehat-sehat saja," jawab Delvi merasa aneh pada dirinya, dia pun menatap para santri yang tidak sadarkan diri dengan kening yang mengerut.
"Loh, ada apa dengan santri-santri?"
"Mereka tiba-tiba sakit, Ustazah. Sama seperti yang kamu rasakan," jawab Tamrin. Delvi benar-benar tidak mengerti, ada yang aneh pada tempat ini, mengapa mereka langsung sakit serempak.
"Oh, iya. Sebelum Ustazah Delvi masuk ke kamar, tadi Ustazah bilang kalau gak mau diganggu, apakah benar?" tanya Tamrin memastikan.
"Gak mau diganggu? Perasaan saya tidak pernah, Ustaz. Saya pun baru sadar kok bisa ada di kamar? Padahal sebelumnya ada di kelas." Balasan Delvi semakin membuat para ustaz dan ustazah lainnya terheran-heran. Hal ini, membuat Tamrin yakin bahwa ada yang benar-benar aneh, tapi dalam diri Delvi. Maksudnya dalam diri Delvi, dia akan menanyakan satu hal terlebih dahulu.
"Ustazah, dulu kan sudah saya kasih air mineral dalam bentuk botol sewaktu habis minum jamu dari parakang yang waktu itu promosiin obatnya di ruang guru, apakah Ustazah meminum air itu?"
Delvi menggeleng, "Tidak, Ustaz. Saya lupa untuk meminumnya sewaktu pulang dari pesantren, saya hanya meminumnya sekali di ruang guru, habis itu tidak pernah lagi."
"Ck, ada yang punya air minum?" tanya Tamrin ke orang-orang, salah satu santri yang melaporkan kejadian ini mengacungkan tangan dan segera mengambil botol airnya kemudian memberikannya ke Tamrin.
"Ini Ustaz."