Langit di atas Kastil Zevannar gelap seperti tinta, seolah menolak menyambut cahaya bulan. Angin membawa bisikan-bisikan samar yang menyelinap melalui jendela-jendela tinggi, melewati tirai beludru hitam yang bergelayut seperti bayangan.
Di dalam ruangan megah yang diterangi cahaya lilin redup, Lirien berdiri tegak di depan meja mahoni besar. Jemarinya mengepal di sisi gaun sutra birunya, mencoba mengendalikan detak jantungnya yang berdebar.
Di hadapannya, sang Penguasa Kegelapan, Raventhorn, duduk dengan angkuh.
Pria itu tidak berbicara, hanya menatapnya dari balik berkas-berkas dokumen yang tertata rapi di mejanya. Mata keemasan yang nyaris bersinar dalam redupnya ruangan itu menyapu tubuh Lirien, mengamati dengan tatapan yang membuat napasnya tercekat.
"Jadi," suara Raventhorn akhirnya terdengar, dalam dan serak, seolah ia lebih sering berbicara dalam bisikan daripada dengan suara lantang. "Kau adalah sekretaris baru yang mereka kirimkan untukku?"
Lirien menegakkan punggungnya, menolak membiarkan kegugupan menguasainya. "Ya, Yang Mulia. Namaku Lirien."
Raventhorn mengangkat alisnya sedikit, seolah terhibur oleh keberaniannya.