Keheningan yang menyelimuti ruangan itu lebih tajam daripada pedang.
Lirien berdiri di antara dua pria yang kini terhubung oleh benang tak kasatmata—Velkhan, yang terpasung dalam kegelapan, dan Raventhorn, yang berdiri dengan bahu tegak, meski ada ketegangan yang sulit disembunyikan di wajahnya.
Lepaskan aku.
Kata-kata Velkhan masih menggantung di udara. Tawaran beracun yang bisa mengubah segalanya.
Lirien menatap rantai yang melilit tubuh Velkhan. Besi itu tampak tua, tapi anehnya masih kuat. Ada ukiran rune di sepanjang permukaannya, memancarkan cahaya samar yang tidak bisa dijelaskan dengan logika biasa. Ini bukan sekadar rantai. Ini adalah sesuatu yang lebih dari itu—sebuah segel, mungkin bahkan kutukan.
"Jangan," suara Raventhorn terdengar, lebih lembut daripada sebelumnya, tetapi penuh peringatan.
Lirien mengangkat wajahnya, menemukan mata keemasan itu menatapnya dengan intensitas yang membuatnya sulit bernapas.
"Kenapa?"
Raventhorn mendekat, suaranya nyaris seperti bisikan. "Jika kau melepaskannya, kau tidak akan bisa menarik keputusan itu kembali."
Velkhan tertawa kecil. "Tentu saja dia mengatakan itu." Tatapannya kembali ke Lirien. "Dengar, gadis kecil. Kastil ini bukan hanya tempat tinggal. Ia adalah labirin yang menyimpan jiwa-jiwa yang terperangkap di dalamnya. Aku menemukan kuncinya. Dan dia…" dagunya terangkat ke arah Raventhorn, "dia mengurungku sebelum aku bisa keluar."