Blurb
"Ma, maafkan Rey. Rey belum bisa mewujudkan keinginan Mama. Rey memang bodoh dan tidak berguna. Rey pamit pergi dulu, Rey sudah tidak tahan lagi hidup seperti ini. Sekali lagi, Rey minta maaf," tulis Rey dengan air mata yang menetes dari pipinya.
Setelah meninggalkan surat dengan penuh penyesalan, Rey mengemas beberapa pakaian ke dalam tas kecilnya dan melangkah pergi dari rumah. Dengan hati yang hancur, ia pergi dari rumah tanpa arah dan tujuan yang jelas. Berharap dengan berjalan, ia bisa meredakan rasa kecewa yang melanda hatinya. Ia tidak tahu ke mana akan pergi. Yang ia inginkan hanyalah menjauh dari semua kekecewaan yang menghantui pikirannya.
Rey, seorang anak yang memiliki impian besar namun selalu dipatahkan oleh realita kehidupan. Apakah ia akan menemukan alasan untuk tetap bertahan? Atau apakah ia akan tenggelam dalam rasa putus asa yang membelenggunya?