Di Balik Kilauannya

Rijaluddin Abdul Ghani
Chapter #3

Harapan di Tengah Kekecewaan

Di sebuah pagi yang cerah di sekolah, Rey melangkah dengan penuh tekad menuju ruang guru. Langkahnya yang mantap menunjukkan betapa serius dan bertekadnya Rey. Matanya yang bersinar penuh harapan menggambarkan pentingnya pertemuan ini baginya. Rey telah memutuskan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk berbicara dengan Pak Fatur, guru matematika yang telah mempengaruhi pandangannya terhadap dunia angka. Dengan hati yang berdebar-debar, dia mengetuk pintu ruang guru, mengucapkan salam dengan nada yang penuh semangat.

“Permisi, Pak. Bolehkah saya berbicara sebentar?” tanya Rey, suaranya sedikit bergetar.

Rey merasa jantungnya berdetak lebih cepat, menunggu jawaban dari guru favoritnya itu.

Pak Fatur, yang sedang duduk di belakang mejanya yang penuh dengan tumpukan berkas dan buku, menatap Rey dengan senyuman ramah. Ruangannya tertata rapi, dengan rak-rak buku yang penuh dan meja yang bersih.

“Tentu saja, Rey. Silakan masuk dan duduk,” jawabnya, sambil menunjuk kursi di depan meja.

Rey duduk dengan posisi tegak.

“Saya ingin mendaftar untuk mengikuti olimpiade matematika, Pak. Saya ingin membuktikan kepada Mama bahwa saya bisa sukses dalam bidang ini,” ungkap Rey dengan penuh keyakinan, suaranya penuh semangat dan tekad.

Wajahnya memancarkan campuran antara kegembiraan dan ketegangan, menandakan betapa pentingnya hal ini bagi dirinya. Pak Fatur memandang Rey dengan penuh perhatian, merenungkan kesungguhan dan tekad yang terpancar dari mata muridnya. Ia mengamati Rey dengan cermat, menilai betapa serius dan bertekadnya Rey.

“Rey, Bapak bisa betapa besarnya tekadmu dalam hal ini. Bapak ingin mendukungmu sepenuhnya. Tapi ingat, olimpiade matematika bukan hanya tentang kepintaran, tapi juga tentang komitmen dan konsisten,” kata Pak Fatur, suaranya penuh perhatian.

Rey mengangguk dengan penuh keyakinan, merasa semangatnya semakin membara.

“Saya janji, Pak. Saya akan berusaha sebaik mungkin,” jawabnya dengan tekad yang bulat, merasa dorongan semangat dari Pak Fatur semakin memperkuat niatnya.

Sejak saat itu, Rey mulai mempersiapkan diri untuk olimpiade matematika dengan sebaik mungkin. Setiap hari, ia menyisihkan waktu khusus untuk belajar dan berlatih soal. Buku-buku matematika kini menjadi teman setia yang tidak pernah lepas dari genggamannya. Setiap malam, Rey duduk di meja belajarnya dengan lampu yang menyala terang, mengerjakan latihan soal dengan penuh konsentrasi. Catatan-catatan yang teratur di sekelilingnya menunjukkan betapa seriusnya dia dalam mempersiapkan diri. Terkadang, Rey merasa lelah dan hampir putus asa, tetapi ia selalu mengingat janjinya kepada Pak Fatur dan juga mamanya.

Meja belajarnya dipenuhi dengan buku-buku matematika dan catatan, sementara lampu meja menerangi wajah Rey yang tampak serius dan fokus. Di ruang belajar yang kecil itu, Rey merasa seperti berada di dunia yang penuh dengan tantangan dan peluang. Meskipun lelah, dia tetap bertekad untuk tidak menyerah.

“Aku harus bisa melewati semua ini. Ini adalah kesempatan untuk membuktikan kepada Mama bahwa aku bisa sukses dengan matematika,” kata Rey pada dirinya sendiri, sambil merenung di depan meja belajarnya.

Mamanya, yang selalu mendukung dan memperhatikan, sering kali datang ke kamarnya untuk memberinya camilan dan minuman.

“Jangan lupa makan dan istirahat, Rey. Kesehatan juga penting,” kata Mamanya dengan penuh perhatian, meletakkan nampan berisi camilan sehat di meja belajarnya.

Rey tersenyum dan mengambil camilan yang disediakan, meskipun matanya tampak lelah.

“Makasih, Ma. Rey akan makan camilannya nanti. Rey tahu Mama khawatir, tapi Rey ingin memberikan yang terbaik,” jawabnya dengan nada penuh semangat, meskipun kelelahan terlihat jelas di wajahnya.

Hari yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Olimpiade Matematika pun dilaksanakan, dan Rey merasakan campuran antara gugup dan semangat yang menggebu. Dia tiba di tempat lomba dengan penuh harapan dan doa. Tempat lomba dipenuhi oleh peserta lain yang juga mempersiapkan diri, dan suasana terasa tegang dan penuh antisipasi. Rey melihat sekelilingnya, mengenali beberapa wajah teman-temannya yang juga berpartisipasi. Mereka saling memberikan semangat, menceritakan persiapan mereka, dan saling mendukung satu sama lain.

Saat lomba dimulai, Rey duduk di tempat yang telah ditentukan. Kertas soal dibagikan kepada semua peserta, dan waktu pun dimulai. Rey merasa percaya diri saat menjawab soal nomor satu hingga nomor tiga. Ia yakin bahwa semua latihan dan persiapannya membuahkan hasil yang baik. Selama beberapa soal pertama, Rey merasa tenang dan fokus, seolah-olah seluruh persiapannya selama ini membuahkan hasil yang memuaskan.

Namun, saat ia beralih ke soal-soal berikutnya, Rey mulai mengalami kesulitan. Beberapa soal yang lebih rumit membuatnya terjebak, dan dia merasa tertekan oleh waktu yang terus berjalan. Dia terlalu berlama-lama pada beberapa soal dan banyak menghabiskan waktu tanpa hasil yang memuaskan. Jumlah soal yang belum terjawab semakin banyak, dan Rey merasa semakin panik. Dalam hati, dia mencoba untuk tetap tenang dan berpikir.

“Soal-soalnya semakin sulit. Aku harus cepat-cepat mencari solusi.”

Lihat selengkapnya