Keesokan harinya, Rey dan Pak Fatur bangun lebih awal seperti biasa. Pagi itu, udara terasa sejuk, dan sinar matahari yang hangat mulai menyelinap masuk ke dalam kamar mereka melalui jendela. Hari ini adalah hari yang paling dinanti Rey sejak ia tiba di Jakarta. Bukan hanya karena kesempatannya untuk menghadiri pelatihan nasional yang bergengsi, tetapi juga karena hari ini, panitia akan mengumumkan ajang kompetisi internasional yang akan diikuti oleh peserta yang telah lolos seleksi.
Setelah mandi dan sarapan, Rey dan Pak Fatur segera bersiap untuk berangkat ke lokasi pelatihan. Seperti biasa, pukul delapan pagi mereka telah tiba di ruangan yang sama dengan hari sebelumnya, di mana para peserta telah berkumpul, dan suasana di ruangan tersebut terasa berbeda. Ada kegugupan dan antusiasme yang tampak jelas di wajah para peserta, termasuk Rey. Meskipun ia berusaha untuk tetap tenang, perasaannya tetap campur aduk antara harapan dan kecemasan. Bagaimanapun juga, hasil penilaian dari dewan juri akan menentukan langkah selanjutnya dalam perjalanan penelitiannya.
Tak lama setelah mereka duduk, salah satu panitia yang bertugas hari itu naik ke panggung, mengambil mikrofon, dan meminta semua peserta untuk duduk dengan tenang.
“Selamat pagi semuanya,” sapanya dengan suara yang tenang namun penuh wibawa.
“Hari ini, kami akan mengumumkan ajang kompetisi internasional yang akan diikuti oleh peserta yang telah lolos seleksi berdasarkan penilaian dewan juri dari presentasi kalian kemarin,” pungkasnya lagi.
Semua perhatian hanya tertuju pada panitia tersebut. Rey bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat, menunggu nama-nama yang akan disebutkan.
“Setelah melalui proses penilaian yang ketat, kami telah memutuskan peserta yang akan mewakili Indonesia dalam berbagai kompetisi internasional. Kami ingin mengucapkan selamat kepada semua peserta, karena kalian semua telah melakukan yang terbaik. Namun, kami hanya akan memilih tiga peserta saja untuk melangkah ke tingkat internasional.”
Rey merasakan keringat dingin mulai mengalir di tangannya. Ia mengepalkan kedua tangannya, mencoba menenangkan diri. Ia telah melakukan yang terbaik, dan kini, ia hanya bisa berharap bahwa usahanya selama ini cukup untuk membawa dirinya ke ajang internasional.
Panitia melanjutkan.
“Untuk kategori penelitian matematika teoritis, peserta yang terpilih akan mengikuti ajang Japan International Math Research Competition, yang akan diadakan di Tokyo, Jepang.”
Ruangan kembali sunyi. Rey menahan napas, matanya tertuju pada panitia yang siap menyebutkan nama peserta terpilih.
“Dan peserta yang terpilih untuk mengikuti ajang ini adalah... Rey Alghani.”
Seketika, waktu terasa berhenti bagi Rey. Seluruh ruangan hening, dan hanya suara tepuk tangan yang membahana mengisi ruangan. Rey masih tidak percaya bahwa namanya baru saja disebut sebagai peserta yang akan mewakili Indonesia di salah satu ajang penelitian matematika terbesar dan bergengsi di Asia. Ia merasakan gelombang emosi mengalir dalam dirinya, antara kebahagiaan, kebanggaan, dan syukur.
Pak Fatur, yang duduk di sebelahnya, segera berdiri dan menepuk pundak Rey dengan bangga.
“Selamat, Rey! Kamu berhasil!” katanya dengan senyum lebar.
Rey mengangguk, matanya sedikit berkaca-kaca. Ini adalah momen yang telah ia impikan, dan sekarang, mimpi itu menjadi kenyataan.
“Terima kasih, Pak. Saya benar-benar tidak menyangka,” jawab Rey yang berusaha menahan air matanya.
Pak Fatur tersenyum hangat.
“Kamu layak mendapatkannya, Rey. Tapi ingat, ini baru permulaan. Masih banyak yang harus dipersiapkan.”
Japan International Math Research Competition adalah salah satu ajang penelitian matematika terbesar di Asia, diadakan setiap tahun di kota Tokyo, Jepang. Kompetisi ini diikuti oleh para peneliti muda berbakat dari puluhan negara, dan hanya mereka yang memiliki penelitian berkualitas tinggi yang bisa lolos ke tahap ini. Dewan juri memilih Rey karena penelitian yang ia presentasikan sangat sesuai dengan fokus kompetisi tersebut, yaitu matematika teoritis.