Ajang penelitian nasional di Bandung semakin dekat. Hanya tersisa sekitar satu bulan lagi, dan Rey tahu bahwa ini adalah waktu yang cukup untuk mempersiapkan segalanya. Namun, peristiwa kecelakaan yang dialaminya beberapa waktu lalu masih melekat dalam pikirannya, seperti bayangan yang tak mau hilang. Saat itu, Rey tengah mengendarai motor sepulang sekolah, pikirannya melayang jauh, memikirkan banyak hal terutama mengenai apa saja yang harus dipersiapkannya untuk beberapa kompetisi yang akan diikutinya. Ia tidak fokus pada jalan di depannya, tidak menyadari bahwa pikirannya yang sibuk telah mengganggu kendali motornya. Dan tiba-tiba, tanpa peringatan, ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh dari motornya.
Kecelakaan itu menjadi titik balik bagi Rey. Saat terbaring di rumah sakit, Rey menyadari bahwa ia harus lebih bisa mengendalikan dirinya, mengontrol emosinya, pikirannya, dan juga fokusnya. Kecelakaan itu mengajarkannya bahwa terlalu banyak pikiran yang mengembara dapat berbahaya, terutama ketika ia sedang melakukan sesuatu yang membutuhkan konsentrasi penuh. Rey bertekad untuk belajar dari pengalaman itu, untuk menjadi lebih baik, lebih bijaksana dalam mengatur dirinya sendiri.
Selama masa pemulihan, Rey memiliki banyak waktu untuk merenung. Ia mulai menyadari bahwa Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk hidup, untuk melanjutkan apa yang telah dimulainya. Ia merasa beruntung karena mengalami cedera yang tidak terlalu parah, dan itu memberikan kesempatan baginya untuk memperbaiki diri.
Setiap pulang sekolah, Rey selalu meluangkan waktu untuk mengikuti saran-saran dari Pak Fatur. Pak Fatur sering mengingatkannya untuk memperbanyak data-data dan referensi dalam penelitiannya, agar hasilnya bisa lebih komprehensif dan kuat. Rey mengikuti saran-saran itu dengan tekun, namun ia tidak memaksakan dirinya. Ia menyusun langkah-langkahnya dengan hati-hati, mempersiapkan segalanya sedikit demi sedikit, pelan tapi pasti. Baginya, yang terpenting adalah menjaga konsistensi dan kualitas pekerjaannya, tanpa terburu-buru.
Hari-hari berlalu dengan cepat, dan persiapan Rey semakin matang. Satu bulan kemudian, saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Rey siap berangkat ke Bandung untuk mengikuti ajang penelitian nasional yang telah lama dinantikannya. Sebelum berangkat, ia berpamitan terlebih dahulu dengan mamanya.
"Ma, Rey pamit dulu ya. Doakan Rey ya, Ma," ucap Rey dengan suara lembut, namun penuh keyakinan.
"Iya, Rey, hati-hati ya. Mama selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Ingat pesan Mama ya, Rey. Mama akan tetap bangga padamu bagaimana pun hasilnya," jawab mamanya dengan senyum hangat di wajahnya.
Ia tahu betapa keras Rey telah bekerja, dan apapun hasilnya nanti, ia sudah sangat bangga pada anaknya.
"Iya, Ma. Rey akan selalu mengingat pesan Mama," balas Rey.
Ia merasa lega, merasakan dukungan penuh dari orang yang paling disayanginya. Rey pun bersalaman dengan mamanya, dan mereka berpelukan erat. Rey bisa merasakan kehangatan dan kasih sayang dari pelukan itu, memberi kekuatan tambahan baginya untuk menghadapi tantangan di depan.
Setelah itu, Rey berangkat dan masuk ke dalam mobil taksi yang telah menunggunya di depan rumah. Di tengah perjalanan menuju bandara, Pak Fatur, yang duduk di samping Rey, memberikan nasihat bijak yang membuat Rey semakin tenang.
"Rey, Kamu jangan terlalu banyak memikirkan bagaimana hasilnya. Fokus saja dengan prosesnya. Bapak yakin kamu bisa memberikan yang terbaik," ucap Pak Fatur dengan suara tenang namun tegas.
Ia tahu bahwa Rey adalah anak yang cerdas dan pekerja keras, tapi ia juga tahu bahwa terkadang tekanan dan ekspektasi bisa menjadi beban yang berat.
"Iya, Pak. Saya akan berusaha melakukannya," jawab Rey dengan mantap. Ia merasa lebih percaya diri setelah mendengar nasihat dari Pak Fatur. Rey tahu bahwa fokus pada proses adalah kunci untuk menghindari kecemasan yang berlebihan.
Tak lama kemudian, mereka sampai di bandara dan segera masuk ke dalam pesawat. Setelah pesawat berhasil lepas landas, Rey langsung memutuskan untuk tidur. Ia tidak ingin terlalu banyak berpikir. Baginya, tidur adalah cara terbaik untuk menghindari stres yang tidak perlu dan menjaga pikirannya tetap jernih.
Perjalanan dua jam yang terasa singkat itu akhirnya membawa mereka tiba di Bandung. Begitu sampai di bandara, mereka melanjutkan perjalanan menuju hotel tempat acara akan dilaksanakan keesokan harinya. Setelah check-in dan mendapatkan kunci kamar, Rey segera masuk ke kamarnya. Ia langsung mandi, makan, dan kemudian tidur lebih awal. Rey tahu bahwa istirahat yang cukup sangat penting untuk mempersiapkan dirinya menghadapi kompetisi besok.
Keesokan harinya, Rey dan Pak Fatur bangun pagi-pagi sekali untuk bersiap-siap. Setelah sarapan, mereka berdua segera bergegas ke lokasi acara yang berada di lantai sepuluh gedung hotel tempat mereka menginap. Begitu sampai di lantai sepuluh, mereka disambut dengan suasana yang sibuk namun penuh antusiasme. Ada lebih dari 200 peserta dari berbagai daerah di Indonesia yang akan bertanding pada kompetisi penelitian matematika ini.
Model kompetisi ini cukup unik, mirip dengan pameran. Setiap peserta diminta untuk mendirikan booth penelitiannya sendiri dan menyiapkan poster yang menjelaskan penelitian mereka. Rey dengan teliti menyiapkan booth-nya, memastikan bahwa segala sesuatunya sudah siap. Ia menempelkan poster penelitiannya dengan rapi, memajang hasil-hasil penelitiannya, dan mempersiapkan diri untuk menjelaskan hasil temuannya kepada dewan juri.
Tak lama kemudian, salah satu dewan juri mendatangi booth miliknya. Dengan senyum ramah, juri tersebut bertanya kepada Rey.