Satu bulan lagi, Rey akan menghadapi ajang penelitian nasional keduanya yang akan dilaksanakan di Bali. Sejak pengalaman sebelumnya di Bandung, di mana ia hanya berhasil meraih medali perunggu, Rey bertekad untuk kali ini bisa membawa pulang medali emas. Tidak ada yang lebih diinginkannya selain mendapatkan medali emas, dan ia siap melakukan apa pun untuk mencapai impiannya itu.
Suatu siang, setelah jam pelajaran usai, Rey memutuskan untuk menemui Pak Fatur di ruangannya. Rey mengetuk pintu ruangannya dan masuk setelah mendengar suara Pak Fatur yang mengizinkan.
"Selamat siang, Pak," sapa Rey.
"Selamat siang, Rey. Ada yang bisa bapak bantu?" Pak Fatur tersenyum ramah, menatap muridnya yang sedang berdiri di ambang pintu.
"Saya ingin bertanya terkait perlombaan di Bali nanti, Pak. Menurut Bapak, bagaimana ya supaya kita bisa meraih nilainya yang tinggi dan mendapatkan medali emas?"
Pak Fatur menatap Rey sejenak, seolah-olah menilai semangat yang membara di dalam dirinya.
"Rey, kamu sudah melakukan banyak hal hebat sejauh ini. Laporan penelitianmu sudah sangat baik. Tapi, bapak ingin kamu bisa memaksimalkan satu hal ini."
Rey mengerutkan kening, sedikit bingung dengan perkataan Pak Fatur tersebut.
"Maksudnya gimana tu ya, Pak?"
"Bapak ingin kamu memperluas wawasan dan pengetahuanmu tentang temuannya sendiri. Laporanmu memang sudah matang, tetapi seringkali yang menjadi kunci adalah bagaimana kamu bisa menjawab pertanyaan juri dengan profesional dan sistematis. Ini penting, Rey, karena jika kamu menguasai benar-benar apa yang kamu teliti, kamu akan bisa memberikan jawaban yang lebih mendalam dan meyakinkan," jelas Pak Fatur dengan serius.
Rey merenungkan perkataan itu. Benar, selama ini ia lebih banyak fokus pada penyusunan laporan dan data daripada memahami konteks yang lebih luas dari penemuannya sendiri. Ada banyak aspek yang belum digalinya lebih dalam.
"Jadi, Bapak menyarankan saya untuk lebih fokus pada memperdalam pengetahuan tentang temuan saya sendiri ya, Pak? Bukan hanya pada laporan penelitiannya saja?" Rey mengonfirmasi.
"Tepat sekali, Rey. Jika kamu bisa menjawab setiap pertanyaan dengan tenang dan penuh keyakinan, itu akan memberikan kesan yang kuat kepada juri. Itu juga merupakan salah satu aspek penting dalam penilaian mereka," kata Pak Fatur dengan bijak.
Rey mengangguk, tekadnya semakin bulat. Ia memutuskan untuk mulai menginvestasikan waktunya dalam memperdalam wawasan tentang temuannya. Setiap hari setelah pulang sekolah, Rey menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan, membaca buku-buku yang relevan dan mencari artikel-artikel ilmiah di internet. Kadang-kadang ia merasa lelah, tetapi ia tahu bahwa setiap detik yang dihabiskannya akan membawanya selangkah lebih dekat menuju medali emas yang ia impikan.
Waktu terus berjalan, dan akhirnya hari keberangkatan pun tiba. Pagi-pagi sekali, Rey sudah siap dengan tasnya yang penuh dengan perlengkapan untuk perlombaan nanti. Ia berpamitan kepada mamanya yang menatapnya dengan penuh kebanggaan.
"Mama, Rey berangkat dulu ya. Doakan Rey supaya bisa dapat medali emas ya, Ma," ujar Rey dengan nada penuh harapan.
Mama Rey tersenyum dan mengelus kepala anaknya.
"Mama yakin kamu bisa meraih apa yang kamu impikan, Rey. Hati-hati di jalan, ya."
Setelah berpamitan, Rey dan Pak Fatur berangkat menuju bandara. Perjalanan menuju Bali memakan waktu selama tiga jam. Rey duduk di dalam pesawat, menatap awan-awan di luar jendela sambil merenung. Ia ingat bagaimana Pak Fatur selalu memberinya nasihat yang bijak dan mendorongnya untuk tidak pernah menyerah. Ia bertekad untuk membuktikan bahwa kerja kerasnya tidak sia-sia.
Sesampainya di Bali, Rey langsung disambut dengan pemandangan yang memukau. Bali, dengan segala keindahannya, benar-benar membuat Rey terpana. Jalan-jalan yang bersih, pohon-pohon yang rimbun, serta arsitektur tradisional yang unik memberikan nuansa yang berbeda dari kota asalnya. Ia terpesona oleh keramahan penduduk Bali yang selalu menyapa dengan senyuman dan kata-kata lembut.
Mereka tiba di hotel dan segera beristirahat. Setelah mandi dan merapikan diri, Rey merasa lebih segar. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Ia merasa sedikit khawatir menjelang perlombaan besok.
"Pak, bagaimana kalau kita jalan-jalan ke pantai? Biar besok nggak terlalu tegang," usul Rey dengan nada bercanda, mencoba menghilangkan rasa khawatirnya.
Pak Fatur tersenyum kecil, mencoba mengerti perasaan Rey.
"Boleh juga, Rey. Kamu mau ke pantai apa?"