Rey masih memiliki waktu dua bulan lagi untuk mempersiapkan diri menghadapi kompetisi penelitian internasional di Jepang. Kesempatan ini merupakan kesempatan emas baginya untuk menunjukkan temuannya kepada dunia. Namun, kesempatan ini juga sangat menegangkan, karena sebelumnya ia belum pernah mengikuti kompetisi internasional. Rey tahu betul bahwa tantangan yang akan dihadapinya kali ini jauh lebih besar daripada sebelumnya.
bil memeriksa dan menyempurnakan laporan penelitiannya. Dalam dua bulan ke depan, Rey dijadwalkan mengikuti tiga kali pelatihan yang akan diadakan secara daring. Pelatihan ini dirancang untuk mematangkan persiapan para peserta sebelum bertarung di kompetisi internasional. Rey menyadari bahwa salah satu faktor penting dalam kompetisi ini adalah kemampuan bahasa Inggris, sesuatu yang ia sadari masih belum sepenuhnya dikuasainya. Tekadnya pun bulat, ia akan menggunakan waktu ini untuk mendalami bahasa Inggris sam
Hari demi hari, Rey tak pernah absen pergi ke perpustakaan. Ia duduk di sudut favoritnya, dikelilingi oleh buku-buku panduan bahasa Inggris, kamus, dan materi latihan. Setiap kali ia merasa lelah atau jenuh, bayangan kilauan medali emas di depannya kembali memompa semangatnya. Medali itu seakan berbisik padanya, memintanya untuk terus berusaha.
Waktu berjalan tanpa terasa. Perlahan tapi pasti, kemampuan bahasa Inggris Rey semakin meningkat. Ia mulai merasa lebih percaya diri saat berbicara dalam bahasa inggris. Selain itu, laporan penelitiannya pun semakin baik setelah melalui banyak revisi. Rey memastikan setiap detail pada posternya jelas dan mudah dipahami, karena ia tahu, di dunia internasional, kemampuan untuk menyampaikan ide dengan jelas adalah kunci keberhasilan.
Dua bulan berlalu, dan tiba saatnya Rey berangkat ke Jepang. Pagi itu, sebelum meninggalkan rumah, Rey berpelukan erat dengan mamanya. Air mata menetes dari mata Rey saat ia merasakan betapa besar cinta dan dukungan yang selalu diberikan oleh mamanya.
"Ma, doakan Rey, ya. Rey akan berjuang semaksimal mungkin untuk meraih apa yang Rey impikan dan membanggakan Mama. Rey janji, Ma," katanya dengan suara yang tulus.
Mamanya tersenyum lembut, meski mata juga berkaca-kaca.
"Mama yakin itu, Rey. Mama akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Selamat jalan, Rey. Jaga diri baik-baik ya. Jangan lupa kabari Mama," balasnya sambil mengusap air mata di pipinya.
Setelah pamit dengan Mamanya, Rey bersama Pak Fatur, gurunya yang setia mendampinginya sejak awal perjalanan ini, berangkat ke bandara. Di tengah perjalanan, Rey masih tidak menyangka bahwa ia akan pergi ke luar negeri. Ini adalah impian yang dulu terasa jauh, namun kini ada di depan mata.
Setibanya di bandara, mereka langsung menuju pesawat yang akan membawa mereka ke Jepang. Perjalanan udara selama enam jam itu adalah penerbangan terlama yang pernah dialami Rey, sekaligus yang pertama kalinya ke negeri sakura itu. Setelah pesawat lepas landas, Rey tak butuh waktu lama untuk tertidur pulas, kelelahan setelah persiapan yang begitu intens.
Beberapa jam kemudian, terdengar pengumuman dari kabin pesawat.
"Ladies and gentlemen, we will land at Tokyo International Airport in Tokyo, Japan. Please use your seatbelt, thank you." Pengumuman ini mengisyaratkan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara Internasional Tokyo, dan penumpang diharapkan untuk menggunakan sabuk pengaman.
Rey terbangun dan buru-buru membangunkan Pak Fatur agar segera memasang sabuk pengaman. Dari jendela pesawat, Rey melihat gedung-gedung pencakar langit di kota Tokyo yang padat. Ia masih tidak percaya bahwa ia akan segera menginjakkan kakinya di Jepang. Setelah pesawat mendarat dengan mulus, Rey dan Pak Fatur segera keluar dari pesawat dan menuju mobil yang sudah menunggu mereka di bandara.
Di dalam mobil, Rey berbincang-bincang sedikit dengan sopir. Ia merasa cukup percaya diri dengan kemampuan bahasa Inggrisnya setelah belajar selama dua bulan. Rey sangat kagum dengan keramahan dan adab orang-orang Jepang. Setelah tiba di hotel tempat mereka menginap, sopir tersebut bahkan mengangkat semua barang bawaan Rey dan Pak Fatur sampai ke dalam hotel tanpa diminta sekalipun.
Sesampainya di hotel, Rey dan Pak Fatur segera menuju resepsionis untuk mengambil kunci kamar mereka. Hotel tempat mereka menginap sudah dipenuhi peserta dari berbagai negara. Suasana kompetisi semakin terasa. Setelah mendapatkan kunci kamar, mereka langsung beristirahat, mengumpulkan tenaga setelah perjalanan panjang yang melelahkan.
Keesokan harinya, Rey dan Pak Fatur bangun pagi-pagi sekali. Mereka mempersiapkan semua perlengkapan yang akan digunakan selama kompetisi. Setelah sarapan, mereka berdua menuju ruang perlombaan yang terletak di lantai 33 hotel tersebut. Begitu memasuki ruangan, Rey merasakan aura ketegangan semakin mencekam. Suhu ruangan yang dingin menambah ketegangan yang sudah ia rasakan.
Di ruangan itu, para peserta lain sedang sibuk mendirikan booth penelitian mereka dengan sangat antusias. Rey dan Pak Fatur segera mempersiapkan booth penelitian mereka. Mereka memasang poster penelitian dan mengatur perlengkapan lainnya dengan hati-hati. Perlombaan akan dimulai dalam waktu 30 menit. Namun, tiba-tiba Rey merasakan kecemasan yang luar biasa. Kepalanya terasa pusing, dan ia mulai panik.
Pak Fatur yang melihat Rey dalam kondisi tersebut segera mendekatinya.