Hana dan Ryan baru saja mendapatkan izin untuk meninggalkan sekolah. Mereka pun segera membawa Jeffry ke rumah sakit menggunakan mobil milik Ryan.
“Jeffry, kamu sabar ya! Sebentar kita tiba di rumah sakit. Yan, bisa lebih cepat? Sepertinya kondisi Jeffry sudah parah deh, wajahnya pucat banget. Aku jadi khawatir.”
“Han, ada kantong plastik? Aku mual banget nih,” pinta Jeffry dengan nada lemas.
“Sebentar ya, Yan, ada kantong plastik di mobilmu?”
“Ada, di belakang kursi gue. Lo ambil aja. Gue selalu sediakan.”
“Syukurlah, aku ambil ya?”
Hana segera mengambil selembar kantor plastik tersebut dan menyerahkannya kepada Jeffry. Begitu Jeffry menerima kantong tersebut, tak lama ia memuntahkan isi perutnya.
“Maaf, aku sudah tak tahan lagi, Yan, Han.”
“It’s okay. Gue buka jendela deh.”
Beberapa saat kemudian, mereka tiba di rumah sakit. Jeffry dilarikan ke ruang UGD untuk segera ditangani. Saat ini Hana dan Ryan tengah berada di koridor menunggu hasil pemeriksaan dokter terhadap Jeffry.
“Han, gue mau ke kantin beli minum. Lo mau nitip nggak?”
“Boleh, titip air mineral satu ya!”
“Oke, sekalian gue mau telepon Om Devanno.”
“Memang sebaiknya Om Devanno tahu kondisi Jeffry sekarang.”
Ryan berlalu meninggalkan Hana ke kantin. Hana memilih untuk mondar-mandir sambil menunggu hasil pemeriksaan dokter. 10 menit berlalu, Ryan kembali dan segera memberikan air mineral pesanan Hana.
“Lo nggak usah khawatir seperti itu, Han. Jeffry akan baik-baik saja. Ini minum dulu.”
“Thanks, Yan.”
Beberapa saat kemudian, dokter memberitahukan bahwa Jeffry dinyatakan terkena tifus dan harus dirawat inap karena kondisinya sudah cukup parah. Hana dan Ryan pun menghampiri Jeffry yang masih di ruang UGD.
“Lo harus dirawat inap, Jeff.”
“Rawat inap? Aku pulang saja deh, rawat jalan. Aku nggak ada uang untuk biaya rumah sakit ini.”
“Masalah biaya lo nggak perlu khawatir. Gue bisa bayarin dulu. Lo bisa cicil kapan saja, yang penting sekarang lo sembuh dulu. Sus, langsung siapkan kamar rawat inap untuk teman saya ya!”
“Baik, akan saya siapkan. Mohon untuk diurus dulu biaya administrasinya.”
“Baik, Sus. Saya urus dulu. Han, gue pamit dulu urus administrasi. Lo di sini aja jagain Jeffry.”
“Okay, Yan.”
“Thanks, Yan. Aku janji bakal ganti uangmu.”
“Santai. Gue permisi dulu.”
Setelah semua urusan administrasi selesai, Jeffry langsung dipindah ke ruang rawat inap.
“Sekarang lo istirahat, Jeff. Gue sama Hana harus balik ke sekolah. Om Devanno juga sudah gue kabarin. Sebentar dia ke sini.”
“Kenapa kamu kabarin bapakku, Yan?”
“Orang tua lo berhak tahu.”
“Aku setuju dengan Ryan. Bapak kamu harus tahu kalau kamu lagi dirawat.”
Tak lama, Devanno memasuki ruangan. Ryan langsung menyambut bapak dari sahabatnya dengan sangat sopan.
“Om, apa kabar?”