Di Balik Layar

Leona Fariz Pratama
Chapter #2

Tamu Presiden

Di pintu masuk utama, pintu dibukakan oleh dua orang penjaga, dan di sana berdiri pria tinggi bernama Antonius, kepala pelayan rumah. Dengan penuh hormat, ia menyambut Terreca dengan membungkuk, “Selamat datang kembali, tuan muda Terreca. Tuan diundang dalam rapat ayahmu.”


Terreca diam sejenak, menengok kanan kiri, seolah merasa ada sesuatu yang tak biasa. “Ada apa ini?” gumamnya, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.


Pelayan itu memberi jawaban, “Ikuti aku.” Lalu, Antonius dan Terreca berjalan melewati koridor yang dipenuhi penjaga di kanan kiri. Saat mereka berjalan, Terreca melihat hidangan makan siang yang disiapkan dengan indah.


Hidangan-hidangan lezat yang menggoda selera begitu tertata rapi di meja makan panjang. Tak dapat menahan godaan, Terreca berlari menghampiri meja dan tanpa ragu, tangannya yang belum dicuci meraih sepotong ayam krispi yang menggoda.


Elfira, salah satu pegawai dapur, memberi teguran lembut, “Tuan muda, tapi itu untuk tamu.” Namun, Terreca hanya menjawab dengan santai, “Tapi ini enak,” sembari melangkah meninggalkan ruang makan dan melanjutkan perjalanan menuju ruang rapat. Tampaknya, rasa laparnya tak dapat diendahkan oleh sopan santun.


Sementara itu, Antonius dengan bijaksana mengatasi situasi tersebut, “Tambahkan saja satu lagi,” kata Antonius kepada pegawai dapur sebelum meninggalkan ruang makan dan dengan langkah mantap mendahului Terreca menuju ruang rapat.


Terbukalah pintu ruang rapat, dan masuklah Terreca ke dalamnya. Seisi ruangan menyambutnya dengan hangat. Terreca hanya diam sejenak dan menengok kanan kiri, mencari tahu apa yang sedang terjadi.


Kemudian, dia bertanya ke ayahnya yang merupakan salah satu dari 10 peserta rapat itu, “ada apa ini?” sambil mengunyah ayam krispinya.


“Biar ku perkenalkan, Terreca,” gumam pria kekar tinggi dengan rambut putih bernama Marco Northwest, yang merupakan ayahnya Terreca, “mereka semua adalah teman ayah, dan kami 10 GodFather.”


Dia memperkenalkan 9 temannya dengan bangga. “Anakku memiliki bakat yang mengagumkan, aku yakin kalian pasti menyukainya,” lanjut Marco dengan salam hangat.


Tetapi Terreca mengejutkan semua orang dengan jawabannya yang tegas, “Aku tidak menyukainya,” gumamnya dengan suara lantang yang mengisi ruangan.

Lihat selengkapnya