Di Balik Nama Lena

MR Afida
Chapter #7

Kebohongan di Balik Cinta

17 Februari 2018


Orang bilang, soal cinta tidak bisa dipaksa. Semakin disuruh berpisah, semakin para pecinta ingin bersama. Kata-kata ini sangat tepat untuk Arman dan Lena.

Setelah berbulan-bulan berjuang mempertahankan cinta, berkali-kali jatuh bangun mengemis restu dan selalu mendapat penolakan, tetapi akhirnya mereka bisa melewati rintangan yang begitu banyak dan akhirnya tiba di hari ini. Hari di mana mereka akhirnya menikah. 

Lena tampak cantik di pelaminan dengan gaun pengantin putih, walaupun di sisinya tidak ada pendamping pengantin. Di sampingnya, Arman dengan setelan jas hitam tersenyum manis menyambut tamu yang datang, walaupun Rendra dan Diana yang berada di kursi pendamping terlihat tidak senang.

“Arman, ini seperti mimpi,” bisik Lena.

Berbulan-bulan lamanya ia memimpikan pernikahan bersama Arman disertai ketakutan mimpi itu tak pernah menjadi nyata. Namun, Tuhan maha pengasih, memberinya kesempatan.

“Kita tidak sedang bermimpi, Sayang.” Arman menggenggam erat tangan Lena.

Demi mewujudkan mimpi Lena, ia rela terusir dari rumah, merencanakan pelarian agar bisa menikah. Namun, beruntungnya sebelum rencana itu terjadi, Diana dan Rendra rela mengalah, memberikan restu.

“Aku hanya ingin menikah dan hidup menua bersamamu, tapi aku tidak pernah bermimpi akan mendapatkan pernikahan semewah ini.” Lena tersenyum bahagia.

Pernikahan Lena dan Arman berlangsung megah di sebuah hotel bintang lima di Jakarta. Lampu-lampu kristal berkilauan di langit-langit ballroom, menciptakan suasana mewah dan elegan. Musik orkestra mengalun lembut, melengkapi kemegahan acara tersebut.

Status sosial keluarga Pratama yang terpandang, mengundang banyak tamu-tamu dari kalangan atas, selebriti, dan tokoh-tokoh penting turut hadir. Tidak lupa dengan media yang ingin meliput pernikahan bak kisah dari negeri dongeng. Wanita miskin dan yatim piatu, menikah dengan pangeran tampan yang kaya raya.

Semua ini sangat jauh dari impian Lena. Ia menyukainya. Namun, di saat yang sama, ia juga merasa ketakutan dengan semua keramaian ini.

“Semua ini untukmu, Sayang.” Genggaman Arman semakin erat.

Sarung tangan Lena basah, artinya dia sedang gelisah. Satu tahun menjalin berpacaran Arman akhirnya mengerti ciri-ciri kekasihnya cemas, ketakutan, dan juga gelisah. Walaupun seringkali ia tidak tahu apa penyebab Lena cemas dan gelisah.

Semakin malam, pesta semakin meriah. Lena dan Arman berdiri di atas panggung utama, menerima ucapan selamat dari para tamu. 

Sorot kamera media menghujani mereka dari berbagai sisi dan itu membuat Lena merasa risih. Berulang kali, ia menyembunyikan wajah agar tak tertangkap kamera media.

Sedangkan Diana dan Rendra memandang keduanya dengan sinis. Tidak … tepatnya mereka hanya memandang Lena.

Lena yang mengenakan gaun pengantin putih berkilauan, tampak anggun dan sempurna di mata para tamu. Namun di mata Diana, tetaplah perempuan miskin dengan asal usul tidak jelas.

“Aku tidak bisa mengakuinya sebagai menantu!” desis Diana seraya berdiri menyambut tamu undangan yang memberikan ucapan selamat.

Ingin rasanya ia berdiri di hadapan kamera, mengatakan pada media bahwa ia tak pernah benar-benar merestui pernikahan ini. 

Lihat selengkapnya