Diana memasuki sebuah kafe kecil di pinggiran kota Jakarta. Kafe model terbuka dengan menu sederhana dan ramainya pengunjung usia muda menjadi pilihannya dan seorang detektif swasta untuk bertemu.
Namun, setelah sampai di tempat ini, ia sedikit menyesal, karena merasa tak cocok dengannya yang terbiasa dengan tempat mewah dan sudah berusia tua.
Ia mengedar pandang ke sekeliling, dan melangkah dengan anggun menuju sudut kafe yang sepi dan jauh dari perhatian, saat seorang pria paruh baya berkacamata mengenakan pakaian casual melambaikan tangan.
‘Cih, tempat murahan ini ….’
Perutnya terasa agak mual mencium berbagai aroma parfum murahan. Wajahnya meringis menahan muntah, sekaligus meringis jijik melihat banyaknya muda-mudi yang berkumpul di satu meja sambil tertawa-tawa.
“Bu Diana, silahkan.” Pria itu berdiri, mengulurkan jabat tangan.
Diana duduk dengan anggun, kembali wajahnya menunjukkan ekspresi jijik saat melihat hidangan yang disantap pria itu, dan mengelap tangan dengan tisu basah yang ada di meja. “Lain kali, pilih tempat yang lebih baik, Pak Jonas.”
Jonas, pria yang sudah tiga bulan ini disewa oleh Diana untuk mencari tahu latar belakang Lena, menarik napas panjang. Memasang ekspresi tak suka saat melihat Diana membersihkan tangan setelah bersalaman dengannya.
Namun, ekspresinya kembali seperti semula, karena tak mungkin memperlihatkan ekspresi tak suka pada klien.
“Di sini tempat teraman untuk bertemu, Bu. Anda sendiri yang mengatakan ingin kerja sama kita dirahasiakan,” sahut Jonas.
Pria itu mengeluarkan amplop coklat berukuran besar dari dalam tas, kemudian menyerahkannya pada Diana. "Saya sudah menyelidiki tentang Lena, dan hanya ini yang bisa saya temukan.”
Diana menarik napas panjang, wajah yang masam semakin menampakkan raut tak suka. Ia membaca laporan yang diberikan Jonas, sesekali keningnya mengerut, mencerna setiap kata yang tertera di sana.
Ia membuka lagi amplop coklat, memeriksa apakah masih ada sesuatu yang tertinggal di sana, dan berharap ada foto yang bisa dijadikan bukti. Namun, nihil.
“Hanya ini? Tidak ada lagi?” tanya Diana yang dibalas Jonas dengan anggukan.
“Tiga bulan mencari, hanya ini yang bisa didapat?” tanya Diana lagi, wajahnya agak mengeras.
Jonas kembali mengangguk, tanpa menghentikan aktivitas makan.
“Saya tidak berhasil menemukan rekam jejak keluarga Lena. Sejauh ini hanya mengetahui teman-teman di sekitarnya saja, dan juga ….” Jonas meneguk minuman. “Itu hanya teman-temannya yang saat ini satu pekerjaan dengannya.”