Hendra dan Arif kembali ke kantor. Penyelidikan mereka di sekolah belum membuahkan hasil, walaupun berhasil mendapatkan sedikit informasi yang mengarahkan kecurigaannya pada seseorang.
Hendra menyandarkan punggungnya di kursi sambil menatap langit-langit. Mengingat kembali keterangan satu demi satu orang-orang yang berhasil ditemuinya di sekolah.
Namun, ada sesuatu yang mengganjal dari beberapa keterangan tersebut, memaksanya untuk berpikir lebih keras.
"Ada yang tidak beres dengan Surya," kata Hendra seraya menggeleng perlahan. "Terlalu tenang, jawabannya juga terlalu rapi."
Ia mengetuk-ngetuk ujung jari ke meja, sambil berpikir mencari celah dari jawaban Surya yang terkesan tanpa kesalahan. Seolah-olah, setiap kata yang keluar dari mulutnya, sengaja dihapal di luar kepala.
Arif yang duduk di depan komputer, menganggukkan kepala. "Aku setuju, tapi kita belum punya bukti. Bahkan alibinya kuat. Anak-anak sekolah juga mengkonfirmasi dia melihat Maya turun dari mobil Surya."
Ia membaca kembali catatan yang berisi keterangan beberapa saksi dan guru-guru di sekolah, termasuk keterangan Surya.
Ada keterangan yang terlihat tanpa cela, padahal ada tumpah tindih di dalamnya, yang tertutupi dengan baik oleh manajemen waktu profesional.
Hendra menghela napas panjang. "Besok kita pergi ke komplek tempat tinggal Surya dan Maya. Lihat, apakah ada sesuatu yang kita kita lewatkan."
Surya mengatakan pagi itu mobilnya mogok di depan gerbang komplek, dan berhasil diperbaiki olehnya, lalu mengantar Maya ke sekolah. Namun, pria itu tidak memberikan alamat bengkel tempat ia mereparasi mobil.
Lebih mencurigakan lagi, Surya tidak mengajar selama dua hari berturut-turut tanpa alasan yang masuk akal.
“Apa kita perlu membuntuti Surya setiap hari? tanya Arif, seraya mematikan komputer.
Ia sudah selesai menandai beberapa keterangan yang dianggap janggal, selebihnya tinggal dicocokkan dengan hasil penyelidikan esok hari.
Hendra menggeleng. “Untuk sementara tidak perlu. Kita masih kekurangan bukti untuk mematahkan alibinya.”
Hilangnya Maya masih belum jelas. Mereka masih harus memastikan beberapa hal, sampai benar-benar yakin, wanita itu diculik. Selama belum ada petunjuk lengkap, atau saksi yang mengarahkan mereka ke sana, tidak ada yang bisa dilakukan. Mereka harus mencari bukti yang lebih akurat, tanpa harus mencurigai Surya sebagai dalang hilangnya Maya. Lagi pula penyelidikan mereka menggunakan asas praduga tak bersalah, dan belum dilakukan secara menyeluruh
Sementara itu, di tempat berbeda, Surya melajukan mobilnya menuju rumah terakhir, siswa yang memakai jasa antar jemputnya. Setelah menurunkan anak tersebut dan memastikannya masuk ke rumah dengan selamat, ia pergi di sebuah gerai internet.
Suasana di tempat itu cukup sepi, mungkin karena masih di jam makan siang, jadi hanya ada satu pelanggan di pojok.
Ia menghampiri wanita di balik meja customer service, menanyakan beberapa hal tentang pilihan paket internet yang bisa dipasang, dan biaya bulanan yang dibebankan.
"Tinggal masukkan alamatnya, Pak, nanti teknisi kami akan datang besok," kata wanita itu, setelah Surya memilih salah satu paket yang sesuai dengan budget-nya.
“Jam berapa teknisinya datang, Mbak?” tanya Surya, seraya menandatangani berkas terakhir.
Jaringan internet ini, dipasangnya di rumah kebun, bagian dari rencananya mencari uang secara instant. Sangat bahaya jika teknisi lebih dulu datang ke rumah kebunnya, karena Maya pasti akan membuat ulah.
“Karena jaraknya lumayan jauh, mungkin sekitar jam tiga atau jam empat sore, Pak. Tapi bisa juga lebih awal,” Sahut wanita itu ramah. “Tapi nanti, bagian lapangan akan telepon dulu, memastikan saat pemasangan, Bapak, ada di rumah atau tidak.”
Surya mengangguk, kemudian memberikan senyum terakhir, sebelum keluar dari gerai.
Jika teknisi datang jam dua atau jam tiga sore, ia masih punya waktu untuk tiba lebih dulu di rumah kebun dan mengamankan Maya. Namun, jika lebih awal, cukup bahaya untuk nya.