Di Balik Romantisnya Suamiku

fransisca Lukito
Chapter #4

Bab 4

Keesokan paginya, Dina dan Reza melangsungkan acara makan pagi seperti biasa. Awalnya, mereka tak bertukar kata dan lebih fokus pada hidangan ringan yang dimasak oleh Dina. Namun, beberapa menit berlalu, wanita dengan kepribadian mandiri dan kuat itu membuka topik obrolan.


"Semalam, kamu pulang jam berapa, Mas?" tanya Dina sembari menyendokkan sayur lodeh ke piring dan mengaduknya dengan sisa nasi yang ada.


"Jam dua belas kayanya." Reza mengira-ngira sambil melahap tempe dengan garpu yang digenggamnya dengan tangan kiri.


Mendengar hal itu, Dina mulai mengingat waktu semalam, dimana dirinya menanti sang suami sekian lama namun tak kunjung hadir. Kala itu, ia sedang berada di kamar mandi untuk menuntaskan buang air kecil. Beberapa menit setelahnya, ia memeriksa ponsel yang menunjukkan waktu pukul setengah dua belas.


Namun, di waktu sesudahnya, saat ia mulai memejamkan mata dan belum benar-benar terlelap, ia tak mendapati suara pintu dibuka, menandakan bahwa suaminya memasuki kamar. Dari sana lah, Dina merasa bahwa suaminya mulai tak jujur.


Setelah hening untuk beberapa saat, Dina kembali bersuara, "Tapi, kok aku engga dengar kamu masuk ke kamar ya, Mas? atau aku cuman mimpi."


Mendengar reaksi dari istrinya itu, mimik wajah Reza yang semula tenang berubah menjadi sedikit panik. Dari kedua manik hitamnya, tersirat rasa gelisah dari perbuatan yang semalam dilakukannya bersama sang sekretaris. Selain itu, ada rasa bersalah yang masih setia menggelayuti hatinya sejak beberapa bulan lalu.


"O-oh, mu-mungkin kamu lagi mimpi, Din. Aku langsung naik ke kamar kok begitu sampai di rumah." Reza sedikit tergagap saat menanggapi ujaran istrinya itu.


Dina yang tak ingin memancing pertengkaran hanya bisa menyunggingkan senyum tipis. Rupanya, ada rasa kecewa yang menyelimuti batinnya karena sang suami yang menurutnya terbilang jujur dan apa adanya mulai mengatakan sesuatu di luar fakta.


Setelah selesai dengan sarapan dan secangkir kopi, Reza pun berpamitan pada Dina yang mengantarnya hingga di pintu depan. Ia juga tak lupa membawa kotak makan siang yang sudah disiapkan oleh wanita yang serstatuskan sebagai istri sahnya itu.


"Aku jalan dulu ya. Kalau ada apa-apa, kamu jangan sungkan buat telpon aku." Reza berujar seraya menepuk bahu Dina lembut.


"Kamu hati-hati di jalan ya, Mas." Dina menanggapi dan menyunggingkan senyum lembut sesudahnya. Meski ada rasa kecewa bercampur curiga yang hadir dalam pikirannya, Dina berusaha untuk tetap tenang sembari mencari solusi yang tepat tanpa menuduh secara terang-terangan.


Dalam hitungan detik, mobil pajero putih milik Reza berlalu dari hadapan sang nyonya rumah. Di saat itu juga, Dina mulai berfokus pada pesanan custom cake yang diterimanya melalui aplikasi chatting, seperti biasanya.


-**-


Di sisi lain, Reza tengah sibuk dengan pertemuan dengan beberapa investor yang dilangsungkan di salah satu restoran bernuansa oriental yang ada di Surabaya Barat. Di tengah ramah tamah berlangsung, Naffa selaku sekretaris terus mengumbar senyuman saat mengunci pandang pada Reza yang tengah menjelaskan profil perusahaan dan beberapa contoh produk yang sudah sangat familiar di masyarakat.

Lihat selengkapnya