Di Balik Romantisnya Suamiku

fransisca Lukito
Chapter #6

Bab 6

Dina Pov


Aku memang terbiasa melakukan percakapan basa-basi dengan laki-laki yang resmi menyandang teman hidupku ini. Akan tetapi, selama dua tahun pernikahan bersama dengan Mas Reza, baru kali ini ku dapati informasi yang tak sesuai dengan fakta yang aku ketahui secara jelas.


Memang tak seharusnya aku mempermasalahkan tentang dirinya yang tak begitu ingat dengan lauk pada kotak bekal yang aku sediakan untuknya. Namun, apa yang baru saja dikatakan oleh Mas Reza membuat pikiranku yang semula tenang berubah menjadi penuh asumsi.


Secara jelas, di pagi hari, sebelum melaksanakan santap pagi bersama, aku tak menyiapkan minyak dan wajan untuk menggoreng. Ayam, yang sehari sebelumnya sudah aku marinasi dengan campuran bumbu halus dan aneka rempah-rempah, justru dipanggang di atas pemanggangan. Selain itu, aku juga sempat membuatkan sambal kecap untuk melengkapi menu kesukaan suamiku itu.


Namun, sepertinya, Mas Reza mulai tak memperhatikan detail apa yang aku lakukan untuknya. Hal yang baru aku ketahui hari ini sangat berbanding terbalik dengan kondisi saat berada di usia satu tahun pernikahan. Kala itu, Mas Reza sangat paham dengan apa saja yang aku lakukan, mulai dari warna pakaian, masalah pada bisnis kecilku, hingga menu makan malam yang aku pesan untuknya secara online.


Di kala diriku terdiam setelah mendengar komentar darinya, suara bassnya kembali terdengar, menyapa indra pendengaranku, "Kok mendadak diem? Kamu lagi mikirin apa, Din?"


Aku pun menggelengkan kepala pelan, mengumbar senyum miring, dan menjawab, "Oh engga kok, Mas. Aku cuman kepikiran sama ayam goreng yang tadi pagi aku buat. Kayanya kurang asin deh."


"Udah cukup kok bumbunya. Dah, engga usah terlalu dipikirin. 'Kan, aku makannya juga sampai habis." Reza menanggapi dan mengembangkan senyum pada wajah tirusnya yang ditumbuhi kumis tipis. Di saat itu juga, ia meraih tangan kananku dan menggenggam lembut.


Aku yang tak membalas genggaman tangan Mas Reza menatap dengan senyum miring dan menanggapi, "Iya, saking enaknya si ayam goreng, tempat bekalnya jadi engga ada di tasmu tadi, Mas."


End of pov

-**-

Di kala peringatan itu meluncur mulus dari bibir sang istri, Reza mulai melepaskan genggaman tangannya perlahan dengan pandangan mata yang masih terfokus pada keramaian jalan raya di malam hari. Di saat itu juga, ia merutuki kecerobohan yanf sudah dilakukannya di kantor.


"Duh, bisa-bisanya kotak bekalku ketinggalan. Tadi, seharusnya aku langsung tagih ke Handi sebelum pulang! Bukannya langsung ke parkiran dan buru-buru pulang gitu aja!" Reza mengeluh dalam hatinya. Meski mimik wajahnya terlihat biasa saja, tetapi sebenarnya ia cukup takut jika istrinya akan merasa curiga hanya karena masalah kecil.


Sekitar sepuluh menit setelahnya, mereka tiba di salah satu restoran steak yang berlokasi di tengah kota. Restoran dengan interior vintage mewah dan papan lampu kuning menyala yang bertuliskan 'TenderLova' itu banyak dikunjungi oleh warga Surabaya maupun luar kota.


"Selamat malam. Meja untuk berapa orang ya, Pak?" tanya salah satu pelayan wanita yang usianya di kisaran dua puluh lima tahunan dengan senyum dan sapaan ramah pada Reza dan Dina.


"Untuk dua orang ya, Mbak." Reza menjawab seraya menggandeng tangan kanan sang istri dengan mesra.


"Mari ikut saya," tukas sang pelayan wanita sambil melangkah di depan pasangan suami istri itu, memberikan isyarat untuk mengikutinya secara tidak langsung.

Lihat selengkapnya