Di Balik Tirai Bursa

Hadi Hartono
Chapter #2

GERAKAN PASAR YANG MENCURIGAKAN

Pagi di lantai 27 Barrow & Colton Capital tidak pernah mengenal perlambatan. Cahaya matahari menembus kaca jendela tinggi gedung yang berhadapan langsung dengan Sungai Thames, memantulkan pantulan gemerlap kota yang belum sepenuhnya terjaga. Di ruang kerja John, layar monitor sudah menyala penuh dengan grafik merah dan hijau yang menari seperti gelombang yang tak sabar menyentuh bibir pantai.


“Alverton, kau lihat RavenTech?” suara tajam itu datang dari rekan kerjanya, Felix Langdon, seorang senior trader yang biasanya lebih memilih mendengar pasar daripada bicara.


John mendongak pelan. “Ya. Tiga hari terakhir, naiknya tidak wajar. Tanpa news, tanpa volume awal. Lalu secara tiba-tiba, investor institusi mulai masuk… itu aneh.”


Felix mengangguk pendek, lalu duduk di seberang meja kerja John, menyalakan rokok elektriknya. “Ada sesuatu yang disembunyikan. Tapi yang menarik—bukan siapa yang mendorongnya, tapi siapa yang tahu duluan.”


John menyipitkan mata. “Kau maksud... insider leak?”


Felix mengangkat bahu. “Mungkin. Tapi ini bukan permainan para broker lama. Ini cepat, presisi, dan seolah tahu kapan kita akan bereaksi. Terlalu canggih untuk disebut spontan.”


John mengetik beberapa baris kode ke dalam sistem algoritma pencari pola abnormal. Grafik dari RavenTech muncul. Ia membandingkannya dengan lima saham teknologi kecil lainnya yang menunjukkan pola serupa.


“Aku mencurigai ada cluster gerakan algoritmik—seperti seseorang mencoba menciptakan momentum buatan agar retail investor ikut masuk,” gumam John.


Felix diam sesaat, sebelum menambahkan dengan suara lebih pelan, “Dan kemarin malam aku mendapat email anonim. Mengarah ke satu nama: Ardent Falcon.”


John menoleh cepat. “Ardent Falcon? Itu hedge fund bayangan. Tidak pernah secara resmi terdaftar, tapi rumor mereka bermain di balik banyak skema dark pool. Tidak pernah bisa dibuktikan.”


“Ya. Dan katanya... Rica Armand pernah menulis soal mereka, lima tahun lalu.”


Denyut di pelipis John mengencang. Nama itu kembali disebut. Kali ini bukan karena rindu, tapi karena bahaya. Ia membuka kembali artikel Rica yang disimpannya di ponsel. Di dalamnya, tersirat bahwa ia mencium adanya peran hedge fund bayangan dalam pembentukan gelembung saham tertentu.


“…Jika pasar memang pantas disebut ‘bebas’, mengapa para investor kecil selalu tahu paling akhir? Di titik ini, kita mesti bertanya bukan hanya soal untung-rugi, tapi siapa yang memegang kendali atas persepsi nilai.”


John menatap layar, lalu berdiri. “Aku butuh udara.”


Ia turun ke taman di belakang gedung, berjalan di antara pohon maple yang dedaunnya mulai gugur. Angin menggoyang jasnya, dan langkah-langkahnya membawanya tanpa sadar ke bangku taman tempat ia biasa duduk dulu, saat dunia belum seberat sekarang.


Ia mengeluarkan ponsel. Jarinya ragu. Tapi kemudian ia mengetik sebuah pesan:


To: Rica Armand Subject: Tentang Tulisanmu dan RavenTech


Rica,


Aku tak tahu apakah kamu masih ingat aku—John Alverton, dulu dari King’s College, seminar ekonomi 2012.

Lihat selengkapnya