Di Balik Tirai

Athiyah Nazifah
Chapter #3

Dua: and Action!

“Wah ramai-ramai apa tuh?”

Tepat ketika Wira, Mahesa dan Nanda keluar dari ruang audio, mereka mendapati bahwa ujung kanan selasar dipadati oleh mahasiswa baru. Bukan hanya para mahasiswa baru, rekan-rekan kepanitiaan mereka pun ikut mendekat menatap penasaran kotak sangat besar yang menjadi pusat perhatian saat ini. 

“Perkenalkan aku Dani, mulai detik ini aku akan menunjukkan kepada kalian pertunjukkan singkat dari Teater 404. Awasi semua orang, bisa saja ada yang terbunuh.”

Kalimat yang diucapkan penuh keseriusan itu, sukses memancing ketiganya untuk ikut mendekat. Jelas tertarik akan penampilan adik tingkatnya satu itu. Dani membuka tutup kotak, membuat dua orang yang berada di dalam sana segera keluar menunjukkan diri.

“Ah elu ye, lama bener dah bukanya engap gue di dalem tau nggak?” Satu-satunya perempuan yang keluar dari dalam kotak mulai menyerocos dengan logat betawi yang khas. Dirinya sempat memukul kepala Dani dengan kipas anyaman yang berada di tangan, Dani bahkan sempat memasang ekspresi jenaka sebagai balasan. “Abang! Ih kok Rohyati ditinggal sih, aye nggak bisa keluar nih.”

“Elah Ti! Manja bener lu, kagak liat apa nih abang lagi mo ngopi.” Dari sisi lain, laki-laki yang dipanggil abang berjalan memecah kerumunan. Menghampiri stand organisasi tata boga dan duduk di kursi panjang yang berada tepat di seberang stand mereka. Mendalami peran, ia bahkan tak malu akan fakta dirinya hanya memakai kaos kutang lusuh dan sarung. Bahkan sempat mempraktekkan gaya khas bapak-bapak dengan menggaruk perut. “Neng, kopi item satu dong. Nggak usah pake gula ye, liat lu udah cukup.”

Wira dapat mendengar bagaimana suara tawa tertahan keluar dari sebagian besar kerumunan. Para anggota tata boga kini bersemu merah, tak siap akan perhatian yang kini tertuju sepenuhnya pada mereka. Apalagi ketika laki-laki tersebut mulai menatap deretan kue dengan tatapan penasaran. “Neng kagak ada roti gambang ape? Kagak doyan gue yang modelan begini.”

“Yailah, elu Bang. Kalau nyari gambang mah di warung kite banyak. Disini jualnya mah kue mahal, kuenya orang-orang tajir!” Perempuan bernama Rohyati itu kini bergabung, ikut melirik kue yang dipamerkan organisasi tata boga. Ia lantas menunjuk cheesecake yang terbungkus rapi dalam plastik mika. “Nih cikek kan Neng?”

Cheesecake Kak,” jawab salah satu anggota tata boga meladeni penampilan keduanya. Terlihat dari cara ia menahan tawa, nampak sekali kalau ia mengenal dua orang di depannya tersebut.

“Artinye ape tuh Rohyati?”

“Kue cekek bang. Jadi buatnya sambil dicekek lehernya.”

Tawa kini terdengar oleh para penonton. Termasuk Mahesa dan Nanda yang jelas menikmati penampilan di depan mereka. “Serem amat, saling nyekek leher lu pada buat beginian?”

“Bukan Bang. Cheese artinya keju, sementara cake artinya kue. Jadi ini sebenernya kue keju, kita nggak pakai penyiksaan kok buatnya.”

“Susu basi maksud lo?”

“Ih bang, jangan norak deh.”

“Dibanding elu ngiranya itu kue cekek, malu-maluin tau nggak.”

Rohyati kini merengut sembari mendumel tanpa suara. Ia mengalihkan pandang ke arah lain sembari mengipasi wajah, sebelum matanya membulat ke satu arah. Membuat semua penonton kini mengalihkan pandang ke arah yang sama. Tempat di mana kotak besar berada.

Di sana, terlihat seorang pria tinggi baru saja keluar dari dalam kotak menggunakan jas serta tas besar di tangan. Rambutnya tersisir rapi ke belakang, seraya memasang ekspresi bingung dengan bergerak kesan-kemari seolah mencari sesuatu. Samar terdengar seruan kekaguman, beberapa mulai berbisik. Tak menyangka bahwa akan bertemu dengan salah satu putra dari artis terkenal ibukota di pertunjukkan dadakan ini. Jo.

Lihat selengkapnya