Manusia Yang Telah Ditakdirkan

Relung Fajar Sukmawati
Chapter #1

Malaikat Kecilku (Jelita)

Dua minggu sudah aku mengikuti masa orientasi studi dan pengenalan kampus, indoor maupun outdoor. Lusa, aku mulai menjalani perkuliahan dari pagi sampai siang.

Menjadi salah satu mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Arab UMM merupakan anugerah tersendiri bagiku yang sebelumnya tak pernah berpikir akan melanjutkan kuliah. Bermula dari perantauanku ke kota Malang untuk mencari pekerjaan sampai pada pertemuanku dengan wanita baik hati yang menolongku saat pingsan di tengah jalan.

Wanita itu bernama Nyai Maemunah, pengasuh pesantren putri Al-Karimah Malang. Selain membiayai seluruh pengobatan, Nyai Maemunah bersedia mengangkatku sebagai anak binaan, membiayai kuliah, dan menanggung kehidupanku bersama putriku.

“Kau sumber rizki ini sayang,” mataku berembun. Nyai Maemunah sengaja menempatkanku di rumah kecil samping ndalem Kyai untuk kenyamanan. Setiap kali orang bertanya tentang diriku, Nyai menjawab bahwa aku ialah keluarganya yang mendapatkan musibah.

“Jamilah,” ucapku serak memanggil nama bayi mungil yang kini berada di pangkuanku setelah beberapa jam kutitipkan pada santriwati.

“Jamilah, doakan Ummi bisa bertemu Sakura ya. Ummi harus berterima kasih padanya. Berkat Sakura, Ummi menggagalkan rencana pengguguran kandungan!” tanpa terasa air mataku bercucuran, menetes di kulit bersih Jamilah. Dua hari setelah peristiwa itu, aku memutuskan pergi meninggalkan kota Yogyakarta. Aku sama sekali tak mengetahui kabar teman-temanku saat ini. Termasuk Fauzan, aku belum tahu kabar keberadaan dan kondisinya.

“Jamilah, tumbuhlah menjadi wanita shalehah seperti teman Ummi, Sakura. Kau tahu Nak, dia wanita yang sangat cantik, berakhlak mulia, menjaga kemuliaan, cerdas, baik hati, dan berprestasi!” bayangan Sakura berkelibat, aku mengingat rekam jejaknya selama satu sekolah denganku. İa selalu menjadi juara kelas, berkali-kali memenangkan olimpiade biologi, aktif dalam berbagai organisasi, serta jago memainkan piano. Meskipun banyak pria menyanjungnya, Sakura tetap memilih single.

“Ummi merasa bersalah, Nak. Sakura pasti sangat terpukul!” aku mengingat peristiwa perpisahan sekolah. Seandainya berada di posisi Sakura, tentulah aku lebih gagal mengontrol emosi.

“Fauzan, di mana ia sekarang?” hatiku sesak. Oh, wanita macam apakah aku ini? Aku telah sempurna merusak kisah cinta Fauzan dan Sakura. Padahal, malam itu Sakura bisa saja hampir menanggapi perasaan Fauzan. Aku berharap, suatu saat nanti Allah memberiku waktu untuk memperbaiki semua yang telah terjadi.

“Sungguh, Ummi menyesal Nak!” rasa penyesalan kembali mengundang kesedihan, bulir air mata semakin membanjiri wajahku.

“Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun dan Penyayang!” suara lembut Nyai Maemunah terngiang di telinga, aku kembali mengingat sebuah kisah yang diceritakan oleh Nyai saat aku kehilangan semangat hidup.

“Aku kotor, apakah Allah mau menerima taubatku? Apakah aku masih berkesempatan menjadi wanita muslimah?” tanyaku kala itu.

“Nak Jelita, apakah kau mau mendengar kisah?” aku mengangguk, memandang sayu wajah teduh Nyai Maemunah.

Nyai Maemunah bercerita tentang seorang pria pembunuh yang ingin bertaubat. İa datang kepada salah satu Rahib, Rahib berkata bahwa dosanya tidak mungkin diampuni. Karena geram ia membunuh Rahib tadi sehingga genap 100 orang yang ia bunuh. Kemudian, ia mendatangi seorang alim ulama. Alangkah bahagianya saat ia mendengar bahwa pintu taubat terbuka lebar untuknya. Sang ulama meminta agar dia meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bergegas menuju kota lain, di mana di kota baru tersebut akan ia temukan suatu kaum yang sangat beriman pada Allah Swt.

Pria itu menuruti. Qadarullah, saat di perjalanan malaikat Izrail datang mencabut nyawa. Dua malaikat Rahmat dan Azab saling berdebat perihal almarhum.

Beberapa detik kemudian, malaikat lain datang lagi lalu meminta dua malaikat yang berseteru mengukur jarak tempuh perjalanan almarhum, apakah lebih dekat dengan kota asal atau kota yang akan dituju. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa almarhum lebih dekat dengan kota tujuan. Oleh karena itu, malaikat pencatat Rahmat-lah yang pantas mengiringi roh almarhum.

Lihat selengkapnya