HAMPARAN padang savana membuatku berdecak gakum berulang-kali. Kuagungkan asma Allah, Dia yang telah melukis pemandangan menakjubkan ini dengan sangat sempurna. Tak pernah kubayangkan sebelumnya, aku benar-benar berdiri di tempat ini. Taman Nasional Kruger, Afrika Selatan. Tempat yang dulu hanya bisa kulihat di televisi, youtube atau film-film layar lebar. Ya Allah, takdirmu begitu indah. Berulang-kali kuucapkan rasa syukur.
Panas, gersang, debu berkeliaran di mana-mana dan matahari mulai membakar kulit wajahku. Namun sedikitpun tak mengurangi semangatku untuk menjelajah tempat ini. Aku menoleh ke belakang, teman-teman rombonganku masih asyik berbincang sembari menikmati bekal. Mereka sedang duduk di bawah pohon besar yang seluruh daunnya hampir mengering.
Kumainkan jari-jemariku memotret ke segala arah. Tiba-tiba lensaku aku menangkap seekor jerapah sedang mendekati sebuah pohon besar, lalu beberapa ekor yang lain mengikutinya. Mereka memakan dedaunan pohon itu. segera kuabadikan dengan kameraku. Kuamati hasilnya. Menakjubkan! Seketika aku teringat saat melakukan perjalanan ke Flores enam bulan lalu, saat perayaan 17 Agustus. Anak-anak di Flores sedang lomba mengambil koin yang tertancap di sebuah semangka berukuran besar. Mereka saling berebut untuk mengumpulan koin sebanyak-banyaknya. Nah, para jerapah itu mirip mereka.
"Ini saatnya kamu berdoa, Haya."
Suara berat seseorang terdengar di atas kepalaku, di sebelah kanan. Aku segera menoleh lalu mendongak. Matthew sudah berdiri di sebelahku, mata birunya menatapku, membuat degup jantungku tiba-tiba berdentum. Segera kutepis segala hal yang dapat menganggu hatiku.
Matt adalah seorang pemuda asal Inggris. Ya, ia lebih suka dipanggil Matt. Kami mempunyai pekerjaan yang sama, menjadi seorang travel blogger. Objek kami pun sama, sejarah Islam dari berbagai dunia. Kami sudah menjelajah berberapa tempat di dunia ini bersama. Bahkan Matt pernah ikut aku pulang ke Indonesia saat pernikahan kakak laki-lakiku. Matt sempat kagum saat kuajak ke Masjid Istiqlal di Jakarta, katanya Masjid itu sangat megah dan indah. Aku dan Matt sudah saling mengenal sejak satu tahun yang lalu, saat kami sama-sama melakukan perjalanan ke Selandia Baru. Sejak saat itu kami berteman baik.
"Matahari sudah meninggi dan kamu belum sholat dhuhur. Kemungkinan kita akan sampai penginapan setelah matahari terbenam. Kamu nggak akan sempat sholat. Lebih baik kamu jamak saja dhuhur dan ashar."
"Baiklah Matt, terima kasih sudah mengingatkanku. Tapi apa yang lain bersedia menungguku berdoa?" tanyaku hati-hati. Mengingat di sini hanya aku yang wajib melaksanakan sholat.
"Jika mereka tidak bersedia, aku yang akan menunggumu."