Hari-hari di pesantren kembali berjalan seperti biasa, tetapi ketegangan akibat gosip yang menyebar belum sepenuhnya mereda. Hasan dan Aisyah sama-sama berusaha menenangkan hati mereka, mengabaikan bisik-bisik di sekitar mereka. Namun, di balik semua itu, pesantren mulai mempersiapkan acara kelulusan bagi para santri senior, termasuk Hasan dan Aisyah.
Acara kelulusan yang akan diadakan sepekan lagi menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Para santri sibuk mempersiapkan penampilan, pidato, dan berbagai tugas lainnya. Hasan ditunjuk menjadi ketua panitia pelaksana acara kelulusan, sementara Aisyah menjadi koordinator bagian dekorasi untuk santriwati. Peran ini mempertemukan mereka secara tidak langsung dalam koordinasi antar kelompok.
Sore itu, Hasan berdiri di aula utama bersama beberapa santri lain, memeriksa susunan acara. “Dekorasinya harus selesai tiga hari sebelum acara. Kita tidak boleh ada kesalahan,” ujar Hasan sambil mencatat sesuatu di buku kecilnya.
“Bagaimana dengan bagian santriwati? Sudah ada yang mengurus?” tanya Rifqi, salah satu temannya.
“Bagian itu dipegang Aisyah. Pastikan mereka mendapat semua bahan yang diperlukan,” jawab Hasan. Suaranya terdengar tenang, tetapi hatinya terasa berat setiap kali nama Aisyah disebut.
Di sisi lain, Aisyah sedang sibuk dengan para santriwati lain, memilih kain dan bunga untuk dekorasi. “Ingat, semuanya harus sesuai aturan pesantren. Tidak boleh ada hiasan yang berlebihan,” ujarnya tegas.
Meskipun mereka sama-sama terlibat dalam acara kelulusan, Hasan dan Aisyah tetap menjaga jarak. Mereka tidak pernah berbicara langsung, hanya berkomunikasi melalui perantara. Sikap ini mereka lakukan untuk menghindari fitnah lebih lanjut.