Di Bawah Langit Ridha-Nya

Niam Muhammad
Chapter #8

Reuni Akbar

Hari yang dinanti tiba. Reuni akbar pesantren Al-Mujahidin dipenuhi alumni dari berbagai angkatan. Aula utama kembali dipenuhi wajah-wajah yang dulu mengisi kenangan, beberapa di antaranya telah berubah, namun semangat kekeluargaan tetap terasa.

Hasan, yang tiba pagi-pagi sekali, membantu panitia menyiapkan acara. Meskipun hanya menjadi peserta, ia tak keberatan memberikan bantuan. Baginya, pesantren ini bukan sekadar tempat menuntut ilmu, tetapi rumah kedua yang telah membentuknya menjadi pribadi yang lebih baik.

“Hasan, tolong bantu angkat meja itu ke panggung,” ujar salah seorang panitia.

“Baik, sebentar,” jawab Hasan sambil tersenyum.

Sementara itu, Aisyah tiba bersama beberapa teman kuliahnya yang juga alumni. Ia berjalan dengan anggun, mengenakan gamis berwarna pastel yang membuatnya tampak bersinar di antara kerumunan. Banyak mata yang tertuju padanya, termasuk Fauzan, yang langsung menyusun rencana jahat di kepalanya.

“Aisyah dan Hasan pasti akan bertemu di sini. Aku hanya perlu memanfaatkan situasi,” gumam Fauzan dengan senyum sinis.

Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, disusul dengan sambutan dari pimpinan pesantren. Semua berjalan lancar hingga sesi ramah tamah dimulai. Di sinilah para alumni mulai berbincang satu sama lain, mengenang masa-masa indah mereka di pesantren.

Hasan yang sedang berbicara dengan Rifqi tiba-tiba melihat Aisyah dari kejauhan. Hatinya berdesir, tetapi ia segera menundukkan pandangannya, berusaha menjaga adab. “Dia terlihat tidak berubah, tetap seperti yang aku ingat,” pikirnya dalam hati.

Di sisi lain, Aisyah juga menyadari kehadiran Hasan. Ia merasa gugup, tetapi mencoba mengabaikan perasaannya. Baginya, reuni ini bukan tempat untuk memikirkan hal-hal yang tidak perlu.

Lihat selengkapnya