Beberapa bulan setelah pernikahan, kehidupan Hasan dan Aisyah mulai menunjukkan stabilitas. Usaha kecil Hasan di desanya berkembang, sementara Aisyah berhasil membangun hubungan yang baik dengan masyarakat desa. Namun, mereka menyadari bahwa kehidupan berumah tangga tidak pernah lepas dari tantangan.
Suatu hari, Hasan menerima undangan untuk menghadiri seminar pengembangan usaha di kota. Acara ini merupakan peluang besar baginya untuk memperluas jaringan dan meningkatkan pengetahuan tentang bisnis. Hasan merasa bahwa ini adalah langkah penting, tetapi ia ragu meninggalkan Aisyah di desa.
“Aisyah, aku mendapat undangan untuk seminar di kota. Tapi aku tidak yakin, apakah aku harus pergi atau tetap di sini bersamamu?” tanya Hasan saat mereka berbincang di malam hari.
Aisyah tersenyum. “Hasan, aku yakin kau harus pergi. Ini kesempatan besar untuk mengembangkan usahamu. Jangan khawatir, aku bisa menjaga rumah dan kegiatan di sini.”
Hasan merasa lega mendengar dukungan Aisyah. Dengan persiapan matang, ia berangkat ke kota untuk mengikuti seminar. Selama beberapa hari Hasan berada di kota, Aisyah mengisi waktunya dengan mengajar anak-anak desa dan membantu warga lainnya.
Namun, tantangan datang ketika salah satu anak yang diajar Aisyah mengalami kecelakaan kecil saat bermain di lingkungan sekitar. Orang tua anak tersebut, yang tidak terlalu akrab dengan Aisyah, mulai menyalahkan Aisyah.
“Bagaimana bisa ini terjadi? Anak saya terluka saat sedang dalam pengawasan Anda!” seru ibu anak tersebut dengan nada marah.
Aisyah mencoba menjelaskan dengan tenang. “Bu, saya sangat menyesal atas kejadian ini. Saya akan bertanggung jawab dan memastikan anak Anda mendapatkan perawatan yang diperlukan.”
Meskipun Aisyah berhasil menenangkan orang tua anak tersebut, kejadian itu meninggalkan bekas di hatinya. Ia merasa bersalah dan takut bahwa kesalahan kecil ini akan memengaruhi hubungannya dengan masyarakat.