Hari ini, aku dan teman-temanku disibukkan dengan bekal, tenda serta perlengkapan lainnya. Setelah sekiranya semua yang diperlukan masuk ke dalam mobil, kami pun berangkat menyusul rombongan tim lain yang sudah lebih dulu sampai di lokasi.
Aku melihat isi story kak Rama. Ternyata dia sudah sampai lebih dulu dan menyiapkan segala hal bersama teman-temannya. Tendanya juga sudah berdiri dengan kokohnya. Aku menatapnya dari kejauhan, karena letak tendaku dengan dirinya berbeda.
Kak Rama
Nyampe jam berapa, Kak?
Udah 2 jam-an lalu, kok.
Pantesan, udah prepare banget, kok, yah.
Iya. Hehehe
Semangat ketua.
Kamu juga.
Kututup kembali ponselku dan beranjak membangun tenda yang selalu saja gagal. Kulihat teman-teman dari Gilang membantuku. Tak jarang justru yang terdengar adalah gelak tawa yang ada.
"Wajarlah tim cewek kesulitan buat bangun tenda, hehehe."
Aku dan satu temanku bergabung dengan tenda Rani, yang satu tim juga dengan Gilang. Dikarenakan, kami hanya berdua. Tenda yang kupinjam, untuk tim cowok saja kuberikan.
TTT
Waktu pembagian tim tugas kelompok pun tiba. Aku melihat ke segala arah.
“Kak Rama di mana, yah? Kok nggak kelihatan dari tadi?”
Aku berharap bisa satu kelompok dengannya. Namun sayangnya, terlalu banyak pemuda lain yang menghalangi pencarianku. Alhasil, aku pun gagal untuk bisa satu kelompok dengannya.
Satu per satu kelompok mendapatkan tugas masing-masing, demikian juga dengan kelompokku; yang rata-rata sikapnya kocak semua. Hampir juga timku terkena diskualifikasi karena tingkah konyol teman-temanku melebihi batas orang-orang normal becandanya. Tapi aku bahagia melihat mereka begitu semangatnya, meski sering dimarahi oleh panitia.
Sampai pada tugas terakhir, terlihat sudah di mana tenda kami berdiri. Aku melewati tenda kak Rama. Kulihat dia sudah memasak untuk makan malam bersama dengan teman-temannya. Malam harinya, aku pun kembali bertemu dengannya ketika ia melewati tendaku.
“Tadi gimana, Kak? Capek ndak keliling seharian?”
“Iya, capek lah, Gis."
Aku melihat Rama membawa seragam di tangannya. “Oh, iya. Aku juga belum ambil seragam untukku juga teman-temanku. Kak Rama ambilnya dari mana?”
“Kamu ke tenda panitia aja. Di bawah sana.” Rama menunjukkan arahnya padaku.
“Terima kasih, ya, Kak.” Aku tersenyum seraya menepuk pundaknya. Aku melangkahkan kakiku sambil sesekali memandangi punggung kak Rama yang semakin menjauh dariku.
“Bintang, kamu kapan sampai di sini?” tanyaku ketika melihatnya sudah ada di tenda yang kutempati bersama teman dua tim lainnya.