Ada notifikasi terbaru dari Kak Niki yang baru sempat kubuka.
Kak Niki
Gis, ada temanku yang minta nomor kamu, nih.
Siapa, Kak?
Rangga. Dia dulu kakak kelas kita waktu SD.
Katanya, dia lagi nyari cewek yang bisa diajak serius, tuh!
Siapa tahu cocok.
Emhh ... gimna ya Kak?
Kamu WA aja. Nomormu udah aku kasih ke dia.
Loh, Kak Niki?
Nggak apa-apa. Kan masih bisa buat tambah teman kan?
Nomor si Rangga kusimpan. Kulihat memang ada story yang ia buat.
“Berarti benar dia emang udah menyimpan nomor aku. Kenapa nggak inisiatif dia WA sendiri coba? Kenapa aku yang harus memulai?”
Rangga
Ini Kak Rangga?
Kamu masih ingat aku?
Apa benar kamu adik kelasku waktu SD dulu? Kok aku lupa, yah?
Iya. Aku adik kelasmu. Aku emang nggak terkenal.
Makanya kamu nggak tahu.
Hahaha. Bisa aja, kamu.
Oh, iya. Kamu jago main gitar, kan? Ajari dong!
Aku masih belajar kali, Kak.
Tapi, kamu, kan, udah jago.
Kapan-kapan aku boleh, kan, main ke rumah kamu?
Lagi-lagi lamunanku mengarah pada sebuah kisah masa lalu. Seseorang yang pernah bersamaku karena tahu aku adalah seorang gitaris. Aku teringat saat dia meminjamkan gitar. Entah gitar itu sebenarnya milik siapa aku tidak tahu. Yang jelas, itu pernah dipinjamkannya padaku.
Namun, suatu ketika saat aku manggung di salah satu kafe yang lumayan jauh di pusat kota, aku mendapatkan perlakuan yang sangat tidak nyaman darinya.
Rio
Seharusnya kamu cari pekerjaan yang bisa menambah penghasilan kamu.