Di bawah Standar

Era Chori Christina
Chapter #6

Usia Sakral

Sehari tidak membuka ponsel, rasanya seperti ada yang kurang. Kucoba membuka isi story dari beberapa temanku; tak terkecuali juga milik kak Rama.

“Kenapa dia memfoto lokasi yang bertuliskan ‘Bintang’?”

Ingin sekali kukomentari, sedang apa di lokasi itu? Apa arti postingannya dan lain sebagainya. Tapi itu hanya dalam pikiranku saja. Aku hanya melihatnya dan mengurungkan niat dalam pikiranku.

Namun jari-jariku bergulir pada kontak bertuliskan Bintang. Hari-hari ini pikiranku terkuras dengan sikap Shasa juga kak Rama yang tak sengaja kulihat berbeda, saat pertemuan berikutnya dengan pengurus minggu kemarin.

 

Bintang

Tang, aku mau nanya. Apa Shasa sekarang dekat sama kak Rama?

Tenang aja, Gis. Kak Shasa juga udah punya pacar, kok.

Soalnya, akhir-akhir ini aku lebih sering lihat dia ngobrol sama kak Rama.

Ok. Makasih, Tang.

 

Tapi pikiranku masih memeras ingin tahu tentang yang sebenarnya terjadi. Karena setahuku mereka baru saja kenal. Bahkan lebih dekat daripada aku. Bahkan di depan umum aku pernah melihatnya sampai memberikan minuman ke kak Rama.

Kuhela nafasku. Berharap bisa mengambalikan kekacauan pikiranku.

 

TTT

 

Kunyalakan TV dan membaringkan punggungku yang seharian menatap layar komputer.

“Nak.”

“Iya, Bu.”

“Kamu udah dikasih tahu sama om kamu?”

“Soal apa, ya, Bu?”

“Kemarin kata om kamu, ada anak bos-nya yang mau dikenalin ke kamu. Dia udah mapan juga, kok.”

“Terus, Bu?” Kucoba tetap menangapi pernyataan ibuku lebih dulu.

“Apa tidak sebaiknya kamu coba kasih nomor kamu ke dia? Kali aja dia jodoh kamu?”

“Bu, udah ke berapa kali Ibu bilang seperti ini ke Gisa? Gisa juga belum kenal siapa orangnya. Ibu juga, kan? Sudahlah, Bu. Lagian Gisa juga belum tahu mau menikah kapan. Gisa mau wujudin impian Gisa dulu.”

Senjata pamungkas yang selalu kutembakkan pada pernyataan ibuku juga orang lain yang sering bertanya kapan aku menikah, karena usiaku sudah seperempat abad ini masih saja sendiri.

Lubuk hati terdalamku sangat menyesal mengatakan itu. Tapi aku tak tahan jika setiap hari harus dijejali pertanyaan kapan, kapan dan kapan akan menikah?

Lihat selengkapnya