Teruntuk Bastian
Kamu yang justru kukenal, dari orang yang pernah kamu perjuangkan hatinya juga cintanya.
Dari seorang yang sangat dekat denganku dan kini ada jarak di antara kami karena masalah pribadi.
Aku tahu, bahkan sampai saat ini kamu mungkin belum bisa sepenuhnya melupakannya.
Namun di lembar khusus ini, spesial untuk dirimu; dimana aku mencoba merangkai kataku atas rasa syukurku bisa mengenal dirimu.
Jujur saja, sampai banyak hal pertemuan juga beragam isi curhatanku padamu,
perasaanku padamu masih sama; kamu masih kuanggap sebagai adikku, temanku, teman curhatku, tempat keluh kesahku.
Aku juga merasa jengkel dengan perasaanku sendiri.
Sudah jelas-jelas, dari segi sifat dan tindakanmu melebihi laki-laki yang kusukai sampai saat ini.
Tapi entah kenapa perasaanku masih biasa saja.
Oh, iya aku lupa. Seseorang yang tidak pernah me-like status atau fotoku adalah dirimu.
Aku memang pernah bertanya padamu: “Kenapa tidak pernah me-like postinganku?”
Jawabmu: “Apa kalau suka harus me-like?”
Ingin rasanya kutimpali lagi, tapi itu semua juga hakmu. Sedangkan seperti yang kutahu, teman-temanku pun di-like olehmu.
Apa karena aku juga hanya biasa saja? Dan anggapanku terhadapmu, jika kamu baik ke semua orang itu benar adanya?
Lantas dengan cara apa kita akan sama-sama mengetahui perasaan kita masing-masing?
Sedangkan sampai saat ini, setiap kali aku bertemu denganmu, sikapku tak menunjukan kecanggungan atau berdebar jantung yang berlebihan.
Dari ini semua, kesimpulan yang bisa kuambil adalah aku masih belum tahu apakah perasaanku memang benar-benar jatuh terhadapmu atau tidak.
Aku pun juga tak ingin membuat spekulasi sendiri, menebak dengan percaya diri, padahal belum semua yang kupikirkan itu benar.
Ingin rasanya diriku menanyakan tentang perasaanmu padaku.
Tapi bagiku sekali lagi: “Untuk apa? Apa aku akan menerimamu, jika kamu memiliki perasaan denganku? Sedangkan aku sendiri saja masih mengharapkan gebetan yang entah sampai kapan akan paham arti dari perjuanganku?”
Salah satu alasan itulah, sampai saat ini aku masih belum berani memastikan perasaanku padamu.
Tapi kalau boleh jujur, perlahan aku mulai merasakan bisikan rindu yang entah sejak kapan menghinggapiku dengan hadirmu menenangkanku dalam setiap masalahku.
Aku tidak ingin memikirkan hal ini sendirian.
Aku juga tidak mau membebanimu dengan ekspetasiku yang berubah-ubah karena patah hati.
Semoga diwaktu yang tepat, kita bisa berdiskusi bersama tentang apa yang kita pikirkan, yang mungkin sama, yang tak pernah kita sadari.
Semoga kita berdua bisa bertemu di labirin yang sama.
Jumat, 25 September 2020
Notifikasi datang dari Bintang.
Bintang