Di mana Unggah?

Abdi Husairi Nasution
Chapter #1

Unggah dan Barang Bekas

Unggah mulai memilah barang-barang bekas yang sudah dia dapatkan tadi. Ada tujuh item barang bekas yang sudah dia dapatkan. Botol air mineral isi 500 ML ada sekitar 30 botol, yang isi 1,5 L ada10 botol, kaleng-kaleng biskuit isi 500gr ada 5, kotak-kotak kardus ada 5, koran-koran bekas 20 eksemplar, botol-botol kaca bekas minuman bersoda ada 6 botol, dan besi tua ada 4 batang.

Susah payah Unggah mengangkut karungnya, badannya yang mungil dan kurus sampai membungkuk demi mengangkut karung itu. Jarak yang harus dia tempuh pun lumayan jauh, dia harus berkeliling untuk mencari barang-barang yang sudah dibuang pemiliknya. Badan sekecil dan sekurus itu harus dipaksa berjuang demi mendapatkan recehan rupiah. Hasil memulung memang lumayan kalau barang bekas banyak yang didapat, tapi Unggah tak bisa mengambil semua barang bekas itu sekaligus kalau karungnya sudah penuh, apalagi kalau sudah melampui berat tubuhnya. Unggah akan tahu diri, kalau karung sudah penuh, Unggah akan kembali pulang dan memilah barangnya sebelum dia kirim ke pengepul.

Unggah paling senang kalau menemukan besi-besi tua di tempat-tempat sampah atau pembuangan, biasanya si pemilik memisahkan besi-besi tua itu di samping tempat sampah, Unggah tinggal mengambilnya setelah dipreteli menjadi bagian-bagian kecil dan mudah dibawa. Harga besi-besi tua itu lumayan, sekilonya bisa 1000 rupiah, rata-rata Unggah bisa mendapatkan 3 kilo. Pernah juga dia mendapatkan besi tua hingga 20 kilo. Untuk mengangkut besi tua bekas pagar itu, Unggah harus melepaskan sambungan las besi-besi yang sudah rapuh itu, dan mengangkutnya dengan sepeda mini yang sudah dia modif menjadi sepeda pengangkut barang.

Tapi sangat jarang bisa mendapatkan besi-besi bekas itu. Beberapa teman pemulung Unggah ada yang berbuat nakal, mereka mengambil besi dari bagian pagar di rumah-rumah yang sedang ditinggal pemiliknya. Caranya, mereka memotongnya dengan gergaji besi. Itu mereka lakukan ketika lingkungan sekitar sepi. Mereka sering melakukannya pada malam hari biar lebih aman. Makanya, banyak pagar-pagar yang sudah tidak lengkap lagi bentuknya, ada beberapa bagian yang sudah hilang.

Unggah mulai memulung setelah pulang sekolah, menjelang sore hari. Kalau hari libur, Unggah bisa memulung dua kali, di pagi hari dan sore hari. Pernah dia memaksakan diri hingga tiga kali, tapi Unggah tidak kuat, kalau mulung di siang hari, cuacanya sangat panas. Unggah juga tak mau kelelahan, dia pernah jatuh sakit karena kelelahan. Ibu dan bapaknya pernah mengingatkan Unggah tentang hal itu.

Unggah mengenal barang-barang bekas sejak usia balita, ibu dan bapaknya berprofesi sebagai pemulung. Mereka tinggal di kawasan padat dan kumuh di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur. Tak heran kalau Unggah sangat dekat dengan barang-barang rongsokan. Tempat tinggal mereka penuh dengan barang rongsokan.

Sejak usia 5 tahun, Unggah sering diajak ibu atau bapaknya untuk memulung. Unggah jadi paham bagaimana cara memulung dan barang-barang bekas apa saja yang bisa diambil. Malah ibu dan bapaknya punya pelanggan tetap, meraka adalah pemilik rumah yang selalu menyisihkan barang-barang yang akan dibuangnya. Jadi, bapak dan ibunya Unggah tinggal mengambilnya tanpa harus membongkar tempat sampah pemilik rumah.

Lihat selengkapnya