Blurb
Gadis sendu menawan berwajah teduh itu, bernama Nada Handayani. Agak misterius, tapi elok dipandang.
Pertemuan pertama di dalam kereta, kupikir adalah pertemuan biasa. Sesuatu yang akan berakhir, terlupakan, sama seperti ketika bertemu orang-orang baru lainnya. Namun pertemuan di gerbong kereta menuju ke kota Jogja kala itu, ternyata membawa kita menuju ke pertemuan dua-tiga bahkan seterusnya, sampai aku lupa, seberapa banyaknya kita telah berjumpa, saling menyapa, beranjangsana di kota Jogja, hilir mudik di bingkai kota.
Apakah ini sebuah takdir yang sedang menyapa? Jika nyaman maka disamakan dalam perasaan berbunga-bunga, merajut cinta, menjalin rasa. Atau hanya sekedar menyapa, lalu enyah ketika sudah bosan, dan berusaha mengakhirinya.
Jika takdir hanya mempertemukan kita, saling mengenal, kemudian pergi, maka aku tidak sanggup memikirkannya.