Lagi. Matahari terlambat bangun hari ini. Lalu, disuguhinya manusia bumi dengan mendung yang belum beranjak sedari pagi. Pun hujan yang enggan juga menampakkan diri meski langit meminta temu.
Di sudut kafe Coffe Love, seorang gadis berambut keriting panjang yang khas, duduk sembari menyesap cappucino dinginnya untuk kesekian kali. Matanya tak berhenti memandang langit mendung, kemudian beralih pada tangan yang memegang pena dengan bulu berwarna ungu. Ia menarikan pena di atas kertas cokelat, lalu tersenyum-senyum sendiri setelah lima menit berlalu.
Di sisi lain kafe, lagu Hujan dari Utopia mengalun pelan, seolah ingin meresapi hati bagi siapa saja yang mendengar. Namun, tiba-tiba seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan tubuh atletis mematikan tape recoder yang sedari tadi menyala. Membuat beberapa orang menoleh, lalu kembali pada aktivitasnya masing-masing setelah melihat tatapan tajam laki-laki itu.
Berbeda dengan gadis tadi, ia menatap dalam. Kemudian berdiri dan menghampiri dengan langkah pasti.
“Kenapa dimatikan?”
“Sebentar lagi band di kafe kami akan tampil,” jawabnya datar.