Di Persimpangan Luka

penamaliafara
Chapter #8

DPL-8

Laras berdiri di depan pintu kaca ruangan Pak Bayu dengan perasaan campur aduk. Jantungnya berdetak cepat, dan meskipun baru saja kembali dari cuti, panggilan mendadak ini membuatnya khawatir. Di balik pintu itu, CEO DataVista Corp menantinya, sosok yang jarang berinteraksi langsung dengan staf menengah seperti dirinya. Setelah mengetuk pelan, Laras mengetuk pintu dan masuk setelah mendapat sahutan dari dalam. Laras mendapati Pak Bayu duduk di balik meja kerjanya. Ekspresi tenang tapi serius menghiasi wajah pria paruh baya itu.

"Laras, silakan duduk," ujar Pak Bayu sambil menunjuk kursi di seberangnya.

Laras duduk dengan hati-hati, mencoba menenangkan rasa gugup yang menyelimutinya. Sebagai seorang data analis, dia selalu berusaha memberikan hasil terbaik, namun panggilan langsung dari CEO membuatnya merasa cemas. Di kantor, Pak Bayu dikenal sebagai sosok yang tegas dan penuh tuntutan.

"Saya memanggilmu ke sini karena ada hal penting yang ingin saya bicarakan," ujar Pak Bayu dengan nada formal.

Laras menahan napas, menunggu apa yang akan diungkapkan. Dia belum bisa menebak apakah ini tentang kesalahan di laporan yang dikerjakannya atau sesuatu yang lebih besar.

"Saya telah memperhatikan kinerja kamu selama ini," lanjut Pak Bayu. "Bukan hanya karena keahlian kamu dalam analisis data, tapi juga karena kemampuan kamu untuk memahami tren pasar. Itu sebabnya, saya ingin menawarkan kamu tanggung jawab yang lebih besar."

Laras terdiam, berusaha mencerna kata-kata itu. Tanggung jawab lebih besar? Dia tidak pernah menyangka akan mendengar hal ini, terutama setelah seminggu cuti yang diambilnya. Pak Bayu kemudian menyodorkan sebuah folder ke arahnya. Laras mengambilnya dengan ragu.

"Ini adalah proyek transformasi digital yang akan kita mulai tahun depan. Kami butuh seseorang yang tidak hanya mahir dalam analitik, tapi juga bisa memimpin tim dan membuat keputusan strategis. Saya ingin kamu mempertimbangkan posisi kepala divisi data analitik."

Seketika, hati Laras berdegup lebih kencang. Kepala divisi? Ini jauh di luar ekspektasinya. Di saat yang sama, ketidakpastian mulai menggelayut di pikirannya. Dia baru saja kembali dari cuti yang panjang, mencoba menyembuhkan diri dari patah hati dan kejenuhan kerja. Namun, kesempatan ini datang tanpa diduga, membawa harapan sekaligus beban yang besar.

Pak Bayu menyadari kebimbangan di wajah Laras. "Saya paham ini bukan promosi biasa," katanya. "Proyek ini sangat penting bagi masa depan perusahaan. Jika kamu menerima, akan ada banyak tekanan dan komitmen waktu. Saya tahu kamu baru kembali dari istirahat panjang, jadi saya tidak meminta jawaban sekarang. Ambil waktu untuk memikirkan ini."

Laras mengangguk pelan. "Terima kasih atas kepercayaannya, Pak," ujarnya dengan suara serak. "Saya akan mempertimbangkannya dan memberi jawaban secepat mungkin."

Pak Bayu mengangguk, senyum tipis terlihat di sudut bibirnya. "Saya yakin kamu akan membuat keputusan yang tepat."

Setelah pertemuan itu selesai, Laras keluar dari ruangan Pak Bayu dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ini adalah kesempatan yang luar biasa, sesuatu yang mungkin tidak datang dua kali. Di sisi lain, Laras juga sadar bahwa tanggung jawab besar itu akan menuntut banyak hal, tidak hanya dari segi profesional, tapi juga pribadi. Laras baru saja kembali dari cuti yang telah mengajarinya satu hal, pentingnya merawat diri sendiri dan tidak terus-terusan tenggelam dalam pekerjaan.

Di tengah perjalanan kembali ke meja kerjanya, Laras tidak bisa berhenti memikirkan tawaran tersebut. Sebagai seorang data analis, dia telah membangun reputasi yang baik di perusahaan, dan sekarang kesempatan untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi terbuka lebar di depannya. Namun, dia juga tahu betul apa yang dipertaruhkan. Seiring bertambahnya tanggung jawab, waktu dan energi yang dia miliki untuk dirinya sendiri akan semakin berkurang.

Sesampainya di mejanya, tumpukan laporan yang harus diperiksa tampak tidak lagi seberat sebelumnya. Laras duduk dan menyalakan komputer, namun pikirannya tetap melayang. Tawaran dari Pak Bayu membuatnya berpikir tentang kehidupannya di luar pekerjaan.

Lihat selengkapnya