Di Rumah Saja

Kenon BB
Chapter #3

Tiga

Angin dihirup wajah dibasuh

Galau di hati tangis pun pergi

Main bersama kurangi musuh

Kalau sendiri kita yang rugi

 

 Aku tahu korona itu bahaya, bisa membuat orang meninggal dunia dan belum ada obatnya. Itulah sebabnya aku tak protes berlebihan supaya dibolehkan ke luar rumah. Adik-adik juga mengerti soal itu. Keluar pintu saja kami tak mau, bukan karena dilarang keras, tapi lebih karena kami paham dengan bahayanya. Aku, Rere, dan Mimi kini jadi lebih sering memandang jendela dan sering mengelus dada ketika ada satu dua teman yang terlihat di jalan.

Aku tak habis pikir melihat kawan-kawan yang masih berkeliaran. Kenapa mereka begitu berani, apakah karena merasa kebal? Padahal, siapa saja bisa terjangkit. Malah, yang terjangkit pun tak tahu kalau sudah terkena virus. Si korona ini tidak kelihatan tapi bisa berada di mana saja, bahaya!

Saking bahayanya, kami sekeluarga pun sampai membuat kesepakatan. Satu-satunya orang yang boleh ke luar rumah hanya ayah. Dialah yang bertugas untuk membeli atau melakukan sesuatu yang kami perlukan. Setiap pergi dia wajib pakai masker, sarung tangan, dan kacamata. Jika tidak, kami semua akan berteriak. Fafa, si bungsu, bahkan menjadi anak yang paling cerewet. Dia selalu berkacak pinggang setiap ayah pulang sambil berkata, “Ayah sudah cuci tangan belum! Cepat mandi!”

Padahal, dia baru empat tahun! Gayanya itu sudah sok paling hebat. Dan, itu pula yang kadang jadi hiburan kami, Fafa memang selalu berhasil mengundang tawa.

Lihat selengkapnya