Bangau niat terbang ke awan
Muncul pula ikan menggoda
Kalau mau cari hiburan
Banyak cara getarkan dada
Aku memilih ikuti ide ayah dan ibu meski awalnya kuanggap hal itu tidak pas. Pantun teka-teki dan yoyo. Ya, tidak apa-apa, setidaknya kalau itu kami mainkan bisa menghilangkan jenuh setelah hampir satu bulan di rumah saja.
Eh, ternyata ketiga adikku sudah memiliki permainannya masing-masing. Mereka malah terlihat sibuk, sepertinya sangat menikmatinya, hanya aku yang bingung sendiri.
Fafa si bungsu sibuk dengan barisan dinosaurusnya. Dia berlagak sedang membangun formasi perang. Dinosaurus yang kecil, yang dia kumpulkan dari hadiah karena membeli permen vitamin, diletakkannya paling depan, seperti prajurit. Dinosaurus yang sedang, yang dibelikan ayah, dia letakkan di tengah. Dan, dinosaurus yang besar hadiah dari ibu, dia letakkan paling belakang.
“Musuhnya gak kelihatan, Bang, kayak korona!” jelasnya ketika kutanya soal pasukannya itu akan berperang melawan siapa.
Aku berbincang dengan Fafa sambil memainkan yo-yo, maksudnya untuk menggoda. Tapi, Fafa sama sekali tidak tertarik dengan permainanku itu. Padahal aku sedang memperagakan teknik putar bawah, yakni cakram kayunya berputar pada ujung tali bawah dan diam untuk beberapa saat.
“Fa, coba tebak binatang apa ini. Belayar perahu dari Medan, menuju arah Selat Malaka, lebar kepala dari badan, apakah itu cobalah terka?”
Fafa melirik sebentar mendengar pantun teka-teki itu. Tapi, setelahnya dia mulai sibuk lagi dengan prajurit dinosaurusnya. “Musuhnya tampaknya lucu ni Bang, kayak ikan pari. Eh, Bang, ikan pari itu dinosaurus atau bukan?” katanya.
Duh, anak empat tahun ini kok bisa menebak ya. Hm, tampaknya tidak. Tidak mungkin dia tahu. Dia pasti tak sadar menyebutkan ikan pari sebagai jawaban teka-teki itu. Buktinya dia tidak sok, senyum mengejek, atau membusungkan dada. Dia malah hanyut dengan permainannya sendiri.