Dika dan tim melakukan proses pengambilan gambar hari ini yang akan diadakan di tiga tempat tempat, pertama di rumah si mempelai putra, Mas Rizal, ketiga di hotel, ketiga di masjid Masjid Istiqlal. Di tempat pertama, Andre mengambil gambar Mas Rizal yang sudah menggunakan baju muslim berkopyah hitam yang sedang membuka jendela, dilanjutkan dengan membaca Alquran. Di tempat kedua, Jo mengambil gambar Mbak Citra yang tampak selesai didandani dengan amat anggunnya dengan ditemani dua pagar ayu. Ketika Mas Rizal dan Mbak Citra sudah berangkat menuju Istiqlal, Dika bersiap untuk meliput. Sebelumnya, dia telah mengambil gambar titik tempat di dalam masjid di mana akad akan dilangsungkan.
Dika, Andre, dan Jo, mulai berkolaborasi. Mereka silih berganti mengambil gambar Mas Rizal dan Mbak Citra yang datang bersama keluarga besar. Momen-momen haru dan bahagia tidak luput mereka ambil, seperti saat Mas Rizal bersalaman dengan penghulu untuk mengucapkan akad nikah, Mbak Citra yang menitihkan airmata seusai mendengar akad nikah, dan lain sebagainya.
Bersama dengan dua keluarga besar Mas Rizal dan Mbak Citra, mereka bertolak menuju tempat resepsi pernikahan yang diadakan di hotel bintang lima. Sesampainya di tempat, Dika mengambil gambar tulisan R dan C dengan lampu-lampu yang menyala beriring hiasan bunga-bunga berada di pintu masuk. Jo mengambil gambar prosesi sungkeman Mbak Citra dan Mas Rizal yang penuh haru. Saat tamu-tamu besar datang, seperti Imam Besar Masjid Istiqlal beserta para ustad dan kiai, serta beberapa artis Ibu Kota yang bergerak di hiburan islami, Dika dan kawan-kawan langsung menenutukan angle di mana mereka harus mengambil gambar.
Pada malamnya, tim Mahardika Wedding and Story berkumpul di studio untuk mengolah gambar. Laura dan Jo duduk di belakang layar komputer besar. Ada sebuah humidflier berbentuk piring terbang di sebelah komputer milik Jo yang digunakannya sebagai relaksasi. Sepasang kekasih itu bekerja sembari menghabiskan waktu bersama. Ada kalanya, bekerja bersama seorang kekasih membuat segalanya menjadi mudah.
Di belakang Jo dan Laura, ada Dika, Eni, dan Andre, yang melihat proses penataan vidio. Mereka tidak diam. Jo dan Laura meminta ketiga sahabatnya itu untuk memberikan kritik dan saran.
Saat proses render, Dika terlihat berkemas dengan memakai jaket. “Lu mau ke mana?” tanya Andre.
“Gue mau jemput Amelia dulu,” jawab Dika.
“Lu mau jemput dia ke sini?” tanya Eni.
Dika menggeleng. “Tidak, aku mau menjemputnya pulang dari kampus.”
Saat Dika sudah berada di dalam mobil, Eni mengejarnya. “Ada apa, En?” tanya Dika.
“Lu yakin nggak mau nunggu sampai render-nya selesai?”
“Enggak, pokoknya setelah render selesai, langsung unggah seperti kataku. Setelah nanti aku mendapatkan notifikasi, nanti aku juga akan mengunggah vidio kovernya Amelia. Ini aku sudah bawa laptopku.”
Dika menutup kaca mobilnya dan berlalu. Eni masih berada di sana. Andre keluar dari rumah untuk menghampiri Eni yang tampak kecewa karena Dika pergi ketika pekerjaan masih belum sepenuhnya selesai.
“Dika sebenarnya lagi galau, En,” ungkap Andre sambil bersidekap.
“Galau kenapa?”
Andre mengambil nafas. “Lu nggak lihat gelagatnya aneh?”
“Sebenarnya ngerasa sih, tapi nggak tahu dia kenapa.”
“Amelia itu digadang-gadang akan masuk ke dapur rekaman milik Revan, yang bekerja sama dengan studio rekaman yang menaungi penyanyi-penyanyi kover di YouTube. Setelah ini, dia akan memiliki single sendiri. Syaratnya, dia harus memiliki lima ratus ribu subscriber. Amelia mendapatkan seratus ribu subsribernya saat dia masuk di sini, saat Dika membantunya. Melalui pengolahan yang professional, subsriber Amelia meningkat. Apalagi, Dika benar-benar membangun kuantitas akun Amelia dengan mengunggah vidio kover lagu dua pekan sekali secara rutin. Sebentar lagi, Amelia akan memiliki single sendiri berkat ketenarannya yang dibangun bersama Dika. Namun, Dika malah merasa ketenaran kekasihnya mengganggu karena dia merasa Amelia kini dekat dengan Revan. Dia tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya. Jadi, Dika benar-benar menempel ke Amelia supaya Amelia tidak berpaling darinya.
“Sejak kapan Dika merasa curiga?”
“Sejak dia melihat terkadang Amelia berkomunikasi dengan Revan melalui WA meskipun sedang bersama Dika. Amelia itu anak sibuk. Dia lebih memilih menggunakan taksi ke manapun dia pergi karena saat disupiri orang lain, dia bisa mencicil beberapa tugas kuliah ataupun joki skripsi. Dika pernah melihat Amelia diantar oleh Revan menuju kampus.”
“Jadi, Dika benar-benar menjadi mojol?”
“Iya, Dika adalah seorang mojol.”
Sementara itu, Dika dan Amelia sedang berkendara. Amelia terlihat memakai laptop Dika untuk chating dengan para junior yang diajarinya menyusun skripsi. Di tengah perjalanan, Dika mendapatkan pemberitahuan bahwa ada unggahan di YouTube-nya. Dika pun menepikan mobilnya seraya berkata kepada Amelia, “Kita menepi dulu, vidio akad pernikahannya baru saja diunggah.”
Amelia mengecek ponselnya. Dia memutar vidio akad pernikahan yang barus saja diunggah. “Wah, bagus banget!” ucapnya selang beberapa saat.
“Ini semua juga berkat dirimu, berkat sumbangan suaramu.”
Amelia lekas membuka laptop. “Sekarang, vidioku aku unggah ya?”
“Oke. Bismillah.”
Dika dan Amelia menunggu vidionya selesai diunggah. Amelia berujar, “Dika, di akunku ada beberapa vidio lawasku saat SMA, yang kiranya kualitas vidio dan suaranya kurang. Apakah itu tidak kita hapus saja?”
“Tidak perlu, Mel, walaupun toh jelek, viewersnya sedikit, tapi itu akan menambah kuantitas unggahan akunmu. Nanti penontonnya juga bisa menilai bahwa lu memang benar-benar berproses. Mel, aku punya kabar baik.”
“Apa?”
“Setelah dinego, akhirnya lu akan ikut gue ke Lombok.”
Kedua alis Amelia terangkat, “Beneran?”
“Iya, lu benar-benar akan mengunggah sepuluh kover lagu untuk akun YouTube lu.”
“Ya ampun Dika, ‘makasih lo ya. Dika, gue keluar bentar ya, gue mau ke minimarket beli yogurt.”
Saat Amelia berada dalam minimarket, Dika bisa melihatnya berdiri di depan jejeran lemari pendingin. Dia melihat Amelia tampak memilih minuman. Tiba-tiba Amelia tampak mengecek ponselnya lalu mengetik.
Dika merasa ingin tahu. Kesempatan yang tidak terduga, datang secara tiba-tiba. Dia merasakan suatu kesempatan yang mungkin berhasil. Laptop abu-abu milik Amelia masih berada di mobil, di atas kursi depan. Dia kemudian coba-coba menghubungkan ke WA Web. Dalam pikirannya, mungkin saja masih tersambung dengan WA Amelia barusan. Ternyata benar. Kini, dia bisa tahu Amelia bercakap-cakap dengan Revan melalui WA. Begini percakapannya:
Revan
“Mel, lu udah di rumah?”
Amelia
“Belum, gue masih dalam perjalanan pulang sama Dika.”
Revan
“Iya, jangan lupa tugas dosen lu. Kuisionernya udah gue kirim ke email lu.”
Amelia
“Oke siap.”