Di Sini ada Mantan

Faiz el Faza
Chapter #9

Yang Ketiga

Dua pekan telah berlalu. Pastinya, Amelia telah kembali. Namun, baik Dika dan Amelia masih belum menghubungi satu sama lain. Kini, mereka berdua berada di tempat yang berjauhan dengan posisi duduk bersandar di tempat tidur sembari menatap layar ponsel. Keduanya bingung bagaimana untuk menyapa setelah sekian lama tak bersua.

Dika sudah tahu pasti bahwa Amelia sudah berada di Jakarta karena begitu sampai di Jakarta, Amelia langsung mengunggah story di WA dan IG yang memperlihatkan bahwa dia sudah berada di Jakarta. Saat itu Dika langsung mengunggah story di sosial media yang sama bahwa dia tidak ke mana-mana. Dia masih di sini, di Jakarta. Namun, kedua sejoli ini masih belum juga saling menyapa. Keduanya hanya saling sindir lewat sosial media, menerangkan tentang di mana dan sedang apa sekarang.

Sementara itu, ada pihak ketiga yang mengamati mereka berdua. Pihak ketiga ini adalah Eni. Dia merasa risih atas dua orang yang sesungguhnya masih mencintai tapi, hanya menyindir keberadaan diri melalui sosial media.

Saat bertemu dengan Dika di studio, dia berkata, “Dika, Amelia kayaknya dilamar orang?”

Dika terkejut bukan kepalang. Dengan mata melotot, dia berkata, “Apa?”

“Ya nggaklah.”

Dika terheran-heran kepada Eni. “Lu itu maunya apa sih?”

“Bukan gue yang maunya apa? Tapi lu yang maunya apa. Mau dibawa ke mana hubungan lu sama Amelia?”

Dika tidak menjawab. Dia membuang muka. Eni kembali berkata, “Gini, Dika. Gue tadi ketemu sama Amelia. Singkat cerita, dia nanyain lu kenapa lu belum menghubunginya.”

“Gimana En, ya, gue kayak merasa bersalah gitu. Cuma lu yang tahu cerita sebenarnya antara gue sama Amelia. Cuma lu yang tahu tentang pertengkaran itu.”

“Lu nggak ingin kehilangan dia, ‘kan? Dulu, lu pernah bilang ke gue kalau lu menemukan seseorang yang membuka hati lu, lu nggak akan menyia-nyiakannya. Lu akan memperjuangkannya terus sampai ke pelaminan. Bukankah lu sekarang jadi plin-plan. Lu memang mau mengulangi kesalahan yang sama terus? Lu mau trauma terulang lagi untuk ketiga kalinya?”

“Ya enggaklah.”

“Kalau gitu, sekarang lu WA dia.”

Eni melihat Dika mengetik untuk mengirim pesan ke Amelia. Begitu dia melihat centang dua, Amelia sudah membaca pesan itu, dia kemudian tertawa. Dika menjadi bingung. “Lu kok ketawa?” tanya Dika.

Eni masih tertawa. Kini semakin nyaring tawanya.

“Lu, kenapa sih?” Dika terganggu.

Eni menjawab, “Gue belum ketemu sama Amelia.”

“Ya ampun Eni, tega banget lu. Sini lu gue cabutin gigi kelinci lu. Sini lu ....”

Perkataan Dika terhenti karena dia mendengar suara notifikasi WA. Dia membacanya.

Amelia

Iya Dika, apa kabar?

Dika

Baik, Mel. Kamu sendiri?”

Amelia

Baik juga.

Setelah itu, Eni melihat Dika sedang khusuk membalasi pesan-pesan Amelia. Dia merasa tugasnya sekarang sudah selesai. Tanpa pamit, dia pergi meninggalkan seorang pria yang menjadi kekanak-kanakan untuk kesekian kali karena cinta.

Selanjutnya, hubungan Dika dan Amelia kembali seperti semula. Mereka kembali membangun komunikasi yang sebelumnya berhenti dalam waktu satu bulan. Amelia kini sudah membeli mobil dengan uangnya sendiri, hasil dari pendapatannya sendiri. Tidak hanya itu. Amelia juga membelikan hadiah ulang tahun untuk Dika berupa drone yang akan menunjang variasi Mahardika Wedding and Story dalam mendokumentasikan pernikahan-pernikahan klien.

***

Hari Kelulusan Amelia ....

Dika mengaca di depan cermin. Saat bercermin, kebahagiaannya sekarang rasanya seperti saat dia pertama kali makan malam dengan Amelia yang mengharuskannya berdandan setampan mungkin. Tangannya sedang mengancingkan baju batik hitam dengan motif bunga-bunga berwarna biru yang melengkapi celana panjang abu-abu di atas sepatu pantofel hitam mengkilap. Dia menyempurnakan penampilannya dengan menyisir rapi rambutnya.

Saat melewati ruang tamu, dia mengambil sebuah karangan bunga warna-warni dengan pita. Di tengah tengah karangan bunga tersebut, ada sebuah surat cinta darinya yang berisikan harapan dan doa atas kelulusan Amelia. Sebelum dia keluar, dia menyempatkan untuk menghirup aroma karangan bunga itu. Seketika itu dia tersenyum. Dia sudah tidak sabar untuk memberikan bunga itu ke Amelia.

Kini, dia berada di kampus. Di tengah keramaian orang, dia mencari Amelia. Dia mencarinya ke sana ke mari. Kemudian, dia menemukan Amelia berada di antara lainnya. Dia berjalan mendekatinya. Namun, saat dia melangkah, tatapannya teralihkan dengan kedatangan seorang lelaki yang mendekati Amelia lebih dulu. Amelia sendiri masih belum menyadari keberadaannya. Dia melihat lelaki itu adalah Revan. Amelia menerima sebuah karangan bunga yang kesemuanya berwarna merah, bunga mawar, yang semua orang tahu bahwa bunga itu adalah lambang cinta kasih.

Melihat apa yang ada di depannya, segala kebahagiaannya runtuh. Karangan bunga yang dibawanya setinggi dada dengan tangan kanan, turun ke samping kanan badannya. Sekarang, karangan bunga itu dibawanya dengan mengarah ke bawah. Dia merasa sudah tidak mampu lagi membawa bunga itu. Jari-jemarinya tiba-tiba melemah. Pengangannya pada karangan bunga kemudian terlepas dan jatuh.

Saat itulah Amelia menoleh. Dia melihat Dika yang berdiri dengan tatapan kecewa terhadapnya. Dia segera sadar bahwa Dika datang di saat yang tidak tepat. Setelah itu, dia melihat Dika pergi menjauhi kerumunan.

Dia pun segera mengejar Dika.. Dia kesulitan mengambil langkah panjang apalagi berlari karena rok span yang dipakainya. Saat melewati tempat Dika memergokinya mendapatkan hadiah karangan bunga mawar, dia merunduk sebentar untuk memungut karangan bunga warna-warni yang dijatuhkan Dika. Kini, dia memegang dua karangan bunga yang dipeluknya menggunakan tangan kanan.

Lihat selengkapnya