Kepada yang sulit kutulis namanya.
Demi apapun gue menyesal menulis surat ini,
lo benar gue bukan orang yang ahli mengendalikan perasaan,
gue nggak punya mesin otomatis untuk mengontrol semuanya,
gue akan tetap merasakan sakit di mana pun gue berdiri
dan untuk ke sekian kalianya, bertubi-tubi banyaknya
ini yang paling tidak ada obatnya.