Fadli menghela napas panjang sembari merapikan kemejanya. Sebagai salah satu peserta seminar bisnis terbesar di kota itu, ia merasa sedikit gugup. Ini adalah langkah besar baginya untuk membangun koneksi dengan para profesional di dunia bisnis. Langkahnya ringan saat memasuki aula hotel mewah yang dipenuhi dengan orang-orang berpakaian formal. Meski sedikit minder, ia tetap berusaha percaya diri.
Di sudut lain ruangan, Alina sedang sibuk mencatat poin-poin penting di ponselnya. Dengan setelan blazer abu-abu dan rambutnya yang digelung rapi, ia memancarkan aura profesional yang tegas. Ia tidak menyangka seminar ini akan menjadi tempat di mana ia bertemu dengan sosok yang akan mengubah hidupnya.
Acara dimulai dengan presentasi dari seorang pakar terkenal. Fadli, yang duduk di barisan belakang, mencatat dengan penuh perhatian, sesekali mengerutkan kening saat mencoba memahami istilah-istilah yang terdengar asing baginya. Di sisi lain, Alina duduk di barisan depan, dengan sigap mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis yang menarik perhatian seluruh peserta.
Saat sesi istirahat tiba, Fadli berjalan menuju meja kopi di pojok ruangan. Ia sedang menuangkan kopi ke cangkirnya ketika seseorang secara tidak sengaja menyenggol lengannya. Alina, yang terburu-buru mengambil kopi sebelum sesi berikutnya dimulai, tanpa sengaja membuat Fadli menumpahkan kopinya.
"Astaga, maafkan saya!" Alina langsung merogoh tasnya untuk mengambil tisu.