Dua minggu setelah seminar, Alina sibuk memeriksa dokumen proyek baru di kantornya. Perusahaannya, Prima Consulting, baru saja mendapatkan klien besar, sebuah perusahaan keluarga yang bergerak di bidang retail elektronik. Proyek ini dianggap penting untuk reputasi perusahaan, dan Alina dipercaya untuk memimpin tim. Namun, ia tidak menyangka bahwa proyek ini akan mempertemukannya kembali dengan seseorang dari masa lalu Fadli.
Sementara itu, di sisi lain kota, Fadli duduk di ruang rapat kecil di kantor keluarga. Ayahnya, Pak Darmawan, dengan suara tegas membahas tentang rencana pengembangan bisnis yang akan mereka jalankan. Perusahaan mereka, Darmawan Group, membutuhkan konsultan profesional untuk merancang strategi baru, dan mereka telah memutuskan untuk bekerja sama dengan Prima Consulting.
“Fadli, saya ingin kamu menjadi penghubung utama untuk proyek ini,” kata Pak Darmawan.
Fadli menoleh terkejut. “Tapi, Pak, saya masih belajar banyak tentang bisnis keluarga ini. Apa tidak sebaiknya...?”
“Kamu perlu belajar dari pengalaman. Ini kesempatan bagus untuk mengenal bagaimana perusahaan besar bekerja,” potong ayahnya.
Dengan setengah hati, Fadli menerima tugas itu. Ia tidak tahu apa yang menunggunya dalam proyek ini.
Hari pertama diskusi proyek di kantor Prima Consulting tiba. Fadli tiba lebih awal, berusaha menenangkan dirinya. Ruangan rapat sudah diatur dengan sempurna. Dokumen-dokumen tersebar rapi di atas meja kaca besar, dan aroma kopi memenuhi udara.
Ketika pintu terbuka, langkah Fadli terhenti. Sosok yang masuk adalah Alina, dengan setelan formal dan ekspresi penuh percaya diri.
“Alina?” gumam Fadli tanpa sadar.