Di Ujung Ambisi dan Cinta

Niam Muhammad
Chapter #9

Pengakuan Cinta

Hubungan antara Fadli dan Alina semakin mendalam setelah berbagai konflik yang mereka lalui bersama. Meski mereka berusaha menjaga profesionalisme, emosi yang semakin berkembang sulit untuk diabaikan. Setiap kali mereka berada di ruangan yang sama, ada ketegangan yang tak kasat mata, seolah-olah mereka saling berbicara melalui tatapan.


Suatu malam, setelah menyelesaikan laporan di kantor Darmawan Group, Fadli menawarkan untuk mengantar Alina pulang.


“Sudah malam, biar aku yang antar. Kamu terlihat lelah,” kata Fadli sambil mengambil kunci mobilnya.


Alina tersenyum kecil. “Aku bisa pulang sendiri, Fadli. Tapi kalau kamu memaksa, aku terima saja.”


Mereka berkendara melewati jalanan kota yang mulai lengang. Di dalam mobil, suasana terasa hening, hanya diiringi suara musik pelan dari radio. Fadli mencuri pandang ke arah Alina yang tampak termenung.


“Kamu baik-baik saja?” tanya Fadli, memecah keheningan.


Alina menoleh dan tersenyum tipis. “Aku baik. Hanya… aku tidak menyangka akan melalui semua ini bersama kamu.”


“Aku juga,” balas Fadli. “Tapi aku senang kita bisa melewati semuanya bersama.”


Ketika mereka tiba di depan apartemen Alina, Fadli mematikan mesin mobil tapi tidak segera keluar. Ia menatap Alina, ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu.

Lihat selengkapnya