Di Ujung Hujan

Anggri Saputra
Chapter #2

Bab 2

Runi turun dari mobil dengan membayar lebih sesuai janjinya, uang itu untuk biaya cuci mobil. Tapi karena itu pula, dia tak jadi menyemprotkan parfumnya ke dalam mobil. Buat apa, kan sudah bayar lebih.

Dengan hati mengkal karena perlakuan supir online tadi, Runi mengajak Roy memasuki Mall. Dia pun tak merasa aneh ada banyak pasang mata menatap dirinya dan Roy.

Pancaran mata dari beberapa orang itu menyiratkan beberapa hal, ada rasa kasihan dan bahkan jijik, serta lainnya yang hanya mereka pemilik mata itu yang tahu.

"Ante ... naik kuda!" Roy berseru gembira.

Runi mengiyakan, kuda yang dimaksud Roy apalagi kalau bukan kuda komedi putar.

Kegembiraan Roy pun berhasil membuat rasa kesal Runi akan perlakuan si supir online menghilang. Sepanjang perjalanan menuju tempat bermain yang disediakan pihak Mall, Runi tak berhenti tertawa, karena Roy kadang menunjuk ke sana dan ke mari dengan bawel.

Kebetulan dari jam perjanjiannya dengan Danu masih ada waktu setengah jam lagi. Walau bisa saja lebih, karena beberapa hal dan sebab. 

Tapi Runi akan sabar menunggu Danu. Setidaknya dia bisa menghabiskan waktu bersama Roy dalam kegembiraan. Bahagianya anak itu menjadi bahagia dirinya.

Walau Roy bukan anak yang terlahir dari rahim Runi, baginya dia tetap seorang ibu bagi anak itu. Ibu bukan hanya perempuan yang melahirkan, tapi lebih dari itu, seorang wanita yang mau mencurahkan kasih sayang dan mendukung tumbuh kembang seorang anak dalam cinta, baginya itulah arti seorang ibu.

Waktu terus berjalan.

***

Danu keluar dari dalam kamarnya. Dia berdandan rapi dan wangi.

"Mau ke mana kamu?" tanya Dahlia, ibunya Danu.

Danu pun berhenti berjalan. Tepat di batas antara ruang tamu dan ruang keluarga, dia melihat ibunya sedang duduk di sofa ruang tamu.

Mata Danu pun menangkap gerakan ibunya yang menaruh ponsel di atas meja. 

"Mau ke Mall, Ma," jawab Danu masih berdiri.

"Ngapain? Eh, jangan bilang kamu pergi sama wanita itu!" Dahlia menatap tajam Danu.

"Ya mau makan dan main, kalau ada yang bagus mungkin aku beli. Wanita itu yang Mama maksud, apa Runi?" tanya Danu dan terselip rasa tak sukanya.

Danu tahu jika ibunya kurang setuju dirinya bersama Runi.

"Duduk kamu kalau tak mau jadi anak durhaka!" ancam Dahlia.

Danu menghela napas, dia sudah cukup sering mendengar ibunya mengeluarkan ancaman 'anak durhaka'. Tapi karena rasa sayang pada ibunya, dia pun duduk sambil melihat ke arah jam dinding. Masih ada waktu satu jam dari waktu perjanjian di jam setengah satu siang ini, cukuplah.

"Mama kecewa sama kamu," ucap Dahlia.

"Kenapa Ma?" tanya balik Danu cepat.

Lihat selengkapnya