Di Ujung Hujan

Anggri Saputra
Chapter #6

Bab 6

Hujan turun secara tiba-tiba sebelum Runi menerangkan di mana Roy ditinggalkan. Karena itu, mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah, berhenti di ruang tamu.

"Di mana Roy, Runi?" tanya Anita cemas karena Roy tak ada.

"Iya, di mana anak itu? Tadi aku beli hadiah mainan buat dia, boneka singa. Sekarang boneka itu ada di kamar mu," terang Tia.

Runi berbagi tempat tidur bersama Roy, padahal anak itu seharusnya tidur dengan Rudi, abangnya Runi.

Hanya saja sering setiap malam, Roy mengendap ke kamar Runi, sebab itu akhirnya tidur Runi ditemani keponakannya.

"Tadi sempat ke warung Kak Harum, dia nggak mau pulang. Nanti diantar sama Bimo," jelas Runi.

Harum itu teman akrab Rina, ibunya Roy yang tak bisa melihat tumbuh kembang anaknya. Bimo anak tunggalnya.

"Oh, habis hujan nanti, biar Mama yang jemput. Tak enak merepotkan orang," ucap Anita.

Lalu Anita pun pergi ke kamarnya, membiarkan Runi berbicara empat mata dengan Tia.

Begitu Runi berdua saja dengan Tia, dia malah memperhatikan Tia lebih seksama. Mereka telah duduk di sofa besar berdua.

"Kenapa, ada yang aneh sama aku?" tanya Tia tersenyum.

"Kamu jauh lebih subur dibanding sebelum pergi," jawab Runi.

"Bilang aja gemuk. Hehehe ... tahu nih, selama di rantau, aku sering lapar. Jadi uang gaji lebih banyak lari ke perut!" Tia mengelus perutnya.

"Gemuk sih nggak, cuma lebih montok. Pasti banyak mata pria melotot setiap melihat kamu!" Runi mempraktekkan ucapannya, dia melotot menatap Tia.

"Sayangnya, aku malas terlibat cinta di rantau. Takut aja, masa depan tak ada yang tahu. Eh, saat sedang kasmaran, malah berpisah. Kan repot. Buktinya, pilihan ku tepat, aku kembali dari rantau dan tak ada niat balik ke sana," terang Tia.

"Bukannya sayang, kamu kan kerja enak di sana. Sebagai admin perusahaan tambang, uangnya gemuk tuh!" Runi menyayangkan keputusan Tia.

"Aku punya alasan sendiri," kata Tia sambil mengelus lehernya.

"Oh, haus! Tunggu aku ambil air aki dulu!" Runi bangkit berdiri.

"Idih, memangnya aku motor apa! Air yang berwarna dong, sirup gitu." Tia tertawa kecil.

"Belum lebaran, jadi tak stok sirup. Air teh, kopi apa air putih?" tawar Runi.

"Kopi aja, pahit ya. Aku lagi suka itu!" pinta Tia tak dapat diganggu gugat.

Runi bangkit berdiri dan berjalan menuju dapur rumahnya, membuat minuman yang di mau Tia.

***

Lihat selengkapnya