Di Ujung Hujan

Anggri Saputra
Chapter #7

Bab 7

Hujan memang sudah tinggal rintik menuju ujung akhirnya, tapi kabar tentang Roy yang menghilang bak geledek di telinga Runi.

"Yang benar Ma?" Runi berdiri dan menatap tak percaya.

"Masa Harum bohong? Dia menyangka Roy masuk ke kamar Bimo, bermain bersama. Begitu dia mengecek, Bimo bilang Roy sama sekali tak masuk ke kamar," terang Anita.

"Roy .... " Runi berteriak histeris.

Tanpa berpamitan, Runi berlari keluar rumah. Dia ingin bertanya langsung pada Harum.

"Runi tunggu!" Tia memanggil.

Tapi Runi telah membanting pintu.

"Ma, aku pergi cari Roy bersama Runi." Tia meminta ijin pada Anita.

"Ya, Mama coba hubungi Rudi, biar dia ikut membantu mencari!" 

Tia bergegas melangkah keluar rumah, sementara Anita mulai menelepon Rudi.

Runi yang sudah berada di luar rumah, berusaha secepat mungkin menuju rumah Harum. Dari tempatnya berada saat ini, dia butuh berjalan kurang lebih enam puluh meter untuk sampai.

Jalan yang becek, tak membuat Runi berhenti melangkah. Baginya tak masalah jika kakinya menginjak genangan air, karena dia mencemaskan Roy. Jika anak itu benar-benar menghilang, dia tak akan pernah berhenti menyalahkan dirinya.

"Runi, pakai sendal!" teriak Tia dengan tangan membawa sendal.

Tia tahu Runi berjalan tanpa alas kaki, karena saat dia membuka pintu rumah masih sempat melihat temannya itu berjalan pergi dari pagar yang terbuka lebar. Runi tak memakai sendal.

Dengan tangan menenteng sendal Runi, Tia mempercepat langkah kakinya, tapi Runi semakin menjauh.

Runi sama sekali tak mendengar teriakkan Tia.

***

"Rud, telepon lu nih bunyi!"

Rudi yang sedang menghabiskan waktu bermain kartu itu menatap Ari si tuan rumah. Dia tak sendiri, selain tuan rumah masih ada tiga orang lainnya, semua seumuran karena mereka teman sekolah dulu.

Mereka berkumpul di rumah Ari, karena ingin reuni kecil-kecilan. Rumah Ari terpilih karena dia sedang seorang diri, istrinya pergi menemani ibunya pergi ke rumah pamannya.

"Bawa sini, lagi asyik nih!" Rudi meminta Ari membawakan ponselnya yang sedang diisi daya.

Ari mencabut ponsel Rudi, lalu berjalan menuju ke ruang tamu yang dijadikan tempat berkumpul.

Di atas meja ruang tamu, tak hanya ada kartu remi, ada banyak sampah plastik dan puntung rokok di dalam asbak. Begitu juga gelas kosong bekas kopi.

Rudi menerima ponselnya dari tangan Ari. Dia melihat nama ibunya sebagai penelepon.

"Iya, Ma," panggil Rudi.

Lihat selengkapnya